Kamis, 18 September 2008

Kecintaan Rosulullah SAW terhadap umatnya

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi..
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
.
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah SWT berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh..
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam
dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
.
Dan, berakhirlah hidup manusia mu lia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Rabu, 03 September 2008

GUSTI ALLAH TIDAK "NDESO"




Gusti Allah Tidak "Ndeso"Beragama yang Tidak Korupsi

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun.
"Cak Nun,"kata sang penanya,
"misalnya pada waktu bersamaan tiba-tiba sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu:
pergi kemasjid untuk shalat Jumat,
mengantar pacar berenang, atau
mengantartukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari,

mana yang sampeyan pilih?"
Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan."

"Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?" kejar si penanya.
"Ah, mosok Gusti Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun."

Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak, "
katanya lagi. "
Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi.
Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong,
Tuhan tidak berada di mesjid,
melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu.

Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang.
Kata Tuhan:
kalau engkau menolong orang sakit, Akulah yang sakit itu.
Kalau engkau menegur orang yang kesepian, Akulah yang kesepian itu.
Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.

Seraya bertanya balik,
Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini.

Pertama,
orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.

Kedua,
orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran,menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.

Ketiga,
orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"

Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga.

Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid.
Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran,tapi menginjak-injaknya. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidaksembahyang, tapi menginjak Tuhan.

Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang sesungguhnya sembahyang dan membaca al-quran.

Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya.

Standar kesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari
banyaknya dia hadir di kebaktian atau misa.

Tolok ukur kesalehan, hakikatnya adalah output sosialnya:
kasih sayang sosial,
sikap demokratis,
cinta kasih,
kemesraan dengan orang lain,
memberi,
membantu sesama.

Idealnya, orang beragama itu seharusnya memang mesti:
shalat, misa,atau ikut kebaktian, t
etapi juga tidak korupsi dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang.

Agama adalah akhlak.
Agama adalah perilaku.
Agama adalah sikap.

Semua agama tentu mengajarkan:
kesantunan,
belas kasih, dan
cinta kasih sesama.

Bila kita cuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi kebaktian, misa, datang ke pura,
menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama.

Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, menyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama.

Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya, melainkan diukur dari kesalehan sosialnya.

Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial.
Orang beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya.
Orang beragama ialah orang yangmenghormati orang lain, meski beda agama.

Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya.
Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi.

Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid, sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan.

Ekstrinsik VS Intrinsik
Dalam sebuah hadis diceritakan,
suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendengar berita perihal seorang yang shalat di malam hari dan puasa di siang hari, tetapi menyakiti tetangganya dengan lisannya.

Nabi Muhammad SAW menjawab singkat, "Ia di neraka."

Hadis ini memperlihatkan kepada kita bahwa ibadah ritual saja belum cukup.
Ibadah ritual mesti dibarengi ibadah sosial. Pelaksanaan ibadah ritual yang tulus harus melahirkan kepedulian pada lingkungan sosial. Hadis di atas juga ingin mengatakan, agama jangan dipakai sebagai tameng memperoleh kedudukan dan citra baik di hadapan orang lain.

Hal ini sejalan dengan definisi keberagamaan dari Gordon W Allport.
Allport, psikolog, membagi dua macam cara beragama: ekstrinsik dan intrinsik.
Yang ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan.

Agama dimanfaatkan demikian rupa agar dia memperoleh status darinya.
Ia puasa, misa, kebaktian, atau membaca kitab suci, bukan untuk meraih keberkahan Tuhan, melainkan supaya orang lain menghargai dirinya.

Dia beragama demi status dan harga diri.
Ajaran agama tidak menghujam kedalam dirinya.
Yang kedua, yang intrinsik, adalah cara beragama yang memasukkan nilai-nilai agama ke dalam dirinya.
Nilai dan ajaran agama terhujam jauh ke dalam jiwa penganutnya.
Adanya internalisasi nilai spiritual keagamaan.
Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna.
Semua ibadah itu memiliki pengaruh dalam sikapnya sehari-hari.
Baginya, agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan.

Cara beragama yang intrinsiklah yang mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang.
Keberagamaan ekstrinsik, cara beragama yang tidak tulus, melahirkan egoisme.

Egoisme bertanggungjawab atas kegagalan manusia mencari kebahagiaan, kata Leo Tolstoy.
Kebahagiaan tidak terletak pada kesenangan diri sendiri.
Kebahagiaan terletak pada kebersamaan.

Sebaliknya, cara beragama yang intrinsik menciptakan kebersamaan.
Karena itu, menciptakan kebahagiaan dalam diri penganutnya dan lingkungan sosialnya.
Ada penghayatan terhadap pelaksanaan ritual-ritual agama.

Cara beragama yang ekstrinsik menjadikan agama sebagai alat politis dan ekonomis.

Sebuah sikap beragama yang memunculkan sikap hipokrit;kemunafikan.

Syaikh Al Ghazali dan Sayid Quthb pernah berkata, kita ribut tentang bid'ah dalam shalat dan haji, tetapi dengan tenang melakukan bid'ah dalam urusan ekonomi dan politik.

Kita puasa tetapi dengan tenang melakukan korupsi.
Juga kekerasan, pencurian, danpenindasan.

Indonesia, sebuah negeri yang katanya agamis, merupakan negara penuh pertikaian.

Majalah Newsweek edisi 9 Juli 2001 mencatat, Indonesia dengan 17.000 pulau ini menyimpan 1.000 titik api yang sewaktu-waktu siap menyala.

Bila tidak dikelola, dengan mudah beralih menjadi bentuk kekerasan yang memakan korban. Peringatan Newsweek lima tahun lalu itu, rupanya mulai memperlihatkan kebenaran.

Poso, Maluku, Papua Barat, Aceh menjadi contohnya.

Ironis. Jalaluddin Rakhmat, dalam Islam Alternatif , menulis betapa banyak umat Islam disibukkan dengan urusan ibadah mahdhah (ritual), tetapi mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan, kesengsaraan,dan kesulitan hidup yang diderita saudara-saudara mereka.

Betapa banyak orang kaya Islam yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas sajadah, sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti penyakitdan kekurangan gizi.

Kita kerap melihat jutaan uang dihabiskan untuk upacara-upacara keagamaan, di saat ribuan anak di sudut-sudut negeri ini tidak dapat melanjutkan sekolah.

Jutaan uang dihamburkan untuk membangun rumah ibadah yang megah, di saat ribuan orang tua masih harus menanggung beban mencari sesuap nasi.

Jutaan uang dipakai untuk naik haji berulang kali, di saat ribuan orang sakit menggelepar menunggu maut karena tidak dapat membayar biaya rumah sakit.

Secara ekstrinsik mereka beragama, tetapi secara intrinsik tidak beragama.

(Sumber: Jalal Center)

Minggu, 06 Juli 2008

Puasa Bulan Rajab

Dear All, Semoga kita dapat melaksanakannya pada bulan ini....
Puasa Bulan Rajab.
Assalamu'alaikum Wr..Wb..
Sahabat-sahabat yang dirahmati Allah SWT .
Bismillaahirahmanir rohiim.
Wahai Saudara-saudaraku yang budiman,
Pada hari Jumat, 4 Juli 2008 kita memasuki bulan Rajab.
Bulan Rajab adalah bulannya Allah.
Mari kita simak ada apa di balikbulan Rajab itu.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,
"Ketahuilah bahwa bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka:
* Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan ikhlas,maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH SWT;
*Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/Isra Mi'raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa;
* Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT;
* Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab (4,5,6 Juli 2008 ) maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat;
* Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, insyaallah permintaannya akan dikabulkan;
* Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga;
* Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa)maka ALLAH akan menambahkan pahalanya.
"Sabda Rasulullah SAW lagi :
"Pada malam Mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi,
lalu saya bertanya pada Jibril a.s.:
"Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?"
Maka berkata Jibrilb a.s.: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini".
Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita :"Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW ke sebuah kubur, lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau berdoa kepada ALLAH SWT.
Lalu saya bertanya kepada beliau:"Ya Rasulullahmengapakah engkau menangis?"
Lalu beliau bersabda :"Wahai Tsauban,mereka itu sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa atas mereka".
Sabda beliau lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur."
Tsauban bertanya:
"Ya Rasulullah,apakah hanya berpuasa satu hari danberibadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksakubur?"
Sabda beliau: "Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun.
"Sabda beliau lagi:
"Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH,
Sya'ban Adalahbulan aku
dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku".
"Semua manusia akan beradadalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi,keluarga nabi
dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab,Sya'ban dan bulan Ramadhan.
Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka."
Wassalamu'alaikum wr.wb

Minggu, 01 Juni 2008

Khutbah Rasulullah SAW dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan

Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Alaihima Al-Salam,

bahwasanya suatu hari Rasulallah saw berpidato di hadapan kami ketika menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhon:

Beliau berkata:

Wahai Manusia:
"Sesungguhnya telah datang kepada kalian "Bulan Allah" yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah, yaitu bulan yang disisi Allah lebih mulia dari bulan-bulan lainnya.
Hari-harinya pun lebih utama dari pada hari-hari (di bulan) lainnya.
Malam-malamnya lebih mulia dari malam-malam biasa.
Detik-detiknya pun lebih utama dari detik-detik di bulan lainnya.
Dimana, pada-masa-masa itu, kalian diundang kedalam sajian dan jamuan Ilahi dan kalian dijadikan tamu istimewa dihadapan-Nya.
Nafas-nafas yang kalian hembuskan (di Bulan ini) sama dengan ucapan 'Tasbih', tidur yang kalian lakukan adalah Ibadah, amal-amal kalian akan diterima disisin-Nya, doa-doa yang kalian panjatkan akan di kabulkan oleh-Nya.
Maka, mintalah pada Tuhan kalian dengan penuh ketulusan niat serta kesucian hati agar dianugerahkan 'Kesuksesan dalam menjalankan Ibadah Puasa dibulan ini', dan juga dalam 'Membaca Kitab Suci Al-Quran'.
Sungguh hanya orang yang sangat 'Celaka dan Durjana' sajalah (ketika Bulan yang mulia ini berlalu) sedangkan dia tidak mendapat 'Ampunan Tuhannya'.

Ingatlah ketika kalian lapar dan dahaga tentang bagaimana lapar dan dahaganya (kelak) di hari Pembalasan.
Perbanyaklah kalian bersedekah pada Fakir Miskin di antara kalian.
Hormatilah orang-orang Tua diantara kalian.
Sayangilah anak-anak yang lebih muda.
Sambunglah tali 'Silaturrahmi" .
Jagalah Lidah-lidah kalian dari ketergelinciran.
Palingkanlah penglihatan kalian dari apa-apa yang di'Haramkan' untuk di lihat.
Juga bagi yang tak patut di dengar oleh Telinga-telinga kalian.
Berbelas kasihlah pada anak-anak Yatim orang lain, agar anak-anak yatim kalian (kelak) mendapat perlakuan yang sama dari orang.
Bertaubatlah kalian dari dosa yang kalian pernah perbuat.
Angkatlah kedua tangan kalian sambil memunajatkan Doa-doa di setiap shalat-shalat kalian.

Karena, pada saat-saat seperti itu, Allah SWT akan senantiasa melimpahkan 'Cucuran Rahmat pada hamba-hamba- Nya.
Dia Allah akan menjawab ketika di minta, menyambut ketika diseru, dan akan mengkabulkan permohonan ketika hamba-hamba- Nya berdoa.

Wahai Manusia:
Sesungguhnya jiwa-jiwa kalian 'Tergadai' oleh amal perbuatan kalian.
Maka lepaskanlah belenggu itu dengan 'Istighfar-istighfar' kalian.
Pundak-pundak kalian telah berat menanggung 'Beban' (dosa-dosa).
Maka ringankanlah beban tersebut dengan memperlama 'Sujud-sujud' (di setiap salat) kalian.

Ketahuilah Wahai Manusia:
'Sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi telah bersumpah 'Demi Keagungan dan Kebesaran-Nya" bahwa Dia tidak akan menyiksa (dihari pembalasan kelak) hamba-hamba- Nya yang senantiasa melaksanakan salat dan bersujud kepada-Nya.

Dan pula si hamba, tidak akan dibayang-bayangi rasa ketakutan pada Api Neraka ketika semua manusia menghadap memenuhi panggilan-Nya' .

Wahai Manusia:'Barang siapa diantara kalian memberi makanan (menjamu) seorang Mukmin (yang hendak berbuka puasa) di bulan suci ini, maka pahalanya sama dengan memerdekakan seorang Budak serta akan mendapatkan 'Pemutihan' dari dosa-dosa yang pernah dia lakukan'.

Salah seorang yang hadir kala itu berkata:
'Wahai Rasulallah, tidak semua dari kami mampu melakukan hal seperti ini (dalam menjamu bagi yang akan berbuka puasa).

Rasulallah menjawab: "Bebaskanlah dirimu dari Api Neraka walaupun dengan 'Seteguk Air', selamatkanlah jiwamu dari Api Neraka walaupun dengan 'Sebiji Kurma' (yang dimaksud ialah 'Walaupun dengan jamuan sangat sederhana'-Pent) .

Karena sesungguhnya Allah SWT akan menganugerahkan 'Pahala' ini pada hamba-hamba- Nya yang tidak mampu berbuat banyak lebih dari itu".

Wahai Manusia:
'Barang siapa diantara kalian yang 'Berbudi pekerti luhur' di bulan ini, niscaya dia akan sangat mudah melintasi Shiratol Mustaqim, dimana pada saat-saat seperti itu, semua 'Kaki' akan mudah tergelincir di atasnya.

Barang siapa yang meringankan tugas seorang hamba (seperti pembantu rumah tangganya-Pent) di bulan ini, niscaya Allah akan meringankan pula dosa-dosa dalam timbangan hitungan amalnya.
Barang siapa yang menahan diri dari 'Perbuatan jahat' pada orang lain di bulan ini, niscaya Allah akan menahan 'Amarah Murka-Nya' disaat si hamba berhadapan dengan-Nya.
Barang siapa 'Memuliakan' (menyantuni) anak Yatim di bulan ini, maka Allah akan memuliakannya tatkala si hamba berhadapan dengan-Nya.
Barang siapa 'Menyambung tali persaudaraan' dengan bersilaturrahmi dibulan ini, niscaya Allah akan mencucurkan Rahmat-Nya pada saat sihamba berhadapan dengan-Nya. Barang siapa 'Memutuskan tali persaudaraan' di bulan ini, niscaya Allah akan memutuskan 'Limpahan' Rahmat-Nya ketika si hamba berhadapan dengan-Nya.
Barang siapa yang mengisi hari dan malamnya dengan 'Salat-salat Sunnah', maka Allah akan mencegah dia dari 'Jilatan Api Neraka'.
Barang siapa menunaikan satu Ibadah Fardhu (wajib) di bulan ini, maka pahalanya akan sama dengan dia menunaikan 70 (Tujuh puluh) Ibadah Fardhu di bulan lainnya.
Barang siapa yang memperbanyak 'Bersholawat' padaku di bulan ini, niscaya Allah akan memperberat timbangan amal (baik) nya, pada saat dimana neraca-neraca (amal baik) menjadi ringan.
Barang siapa yang membaca 'Satu ayat' dari Al-Quran di bulan ini, maka pahalanya akan sama dengan dia menghatamkan Al-Quran di bulan yang lain'.

Wahai Manusia:
'Sesungguhnya di bulan ini 'Pintu-pintu' Surga di buka, oleh karena itu mintalah kalian pada Allah agar tidak menutupnya untuk kalian kelak.

Pintu-pintu Neraka di bulan ini di tutup, maka mohonlah pada Tuhan kalian agar tidak membukanya untuk kalian kelak.
Setan-setan di bulan ini 'Di belenggu', maka mintalah pada Tuhan kalian agar jangan diberikan kesempatan padanya hingga dapat menguasai Jiwa-jiwa kalian.

Lalu, sayyidina Ali kw berdiri dan bertanya:
'Wahai Rasulallah, apakah amal yang paling 'Mulia dan Afdhol' di bulan ini?

Rasulallah menjawab: 'Menjaga diri dari perkara-perkara yang di haramkan oleh Allah'Nasalukum Al-Du'a

Memahami Al Qur'an

Seseorang datang menemui Imam Jafar as Shadiq dan berkata,
"Aku telah mengamalkan dua perkara berdasarkan dua ayat yang terdapat di dalam Alquran, akan tetapi aku tidak mendapat hasilnya !"

Imam Jafar As-Shadiq bertanya, "Dua ayat yang mana ?

"Orang tersebut menjawab,
"Ayat pertama berbunyi, 'Berdoalah kepadaku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.' (QS: Al-Mukmin:60) .
Dan ayat kedua berbunyi, 'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya' . (QS. As-Saba':39) .

Aku berdoa, tapi tidak dikabulkan.
Dan aku telah mengeluarkan infak, tapi aku tidak melihat gantinya !".

Imam Jafar Ash-shadiq berujar, "Apa engkau berfikir Allah SWT akan mengingkari janji-Nya ?"

Orang tersebut menjawab, "Tidak"

Kemudian Imam Jafar melanjutkan pertanyaannya dan berkata, "Lantas, apa yang menyebabkan doamu tidak terkabul ?".
Orang tersebut menjawab, "Aku tidak tahu"

Imam Jafar berkata,"Aku akan memberi tahukannya kepadamu.

Allah SWT ketika memerintahkan seseorang untuk berdoa dan orang tersebut menaati perintah-Nya serta menjaga sisi-sisi doa, maka doanya akan terkabulkan.

"Orang tersebut bertanya, "Apakah sisi-sisi dan syarat-syaratnya ?"
Imam berkata,
"Pertama-tama, hendaklah engkau memuja dan memuji Allah SWT serta mengingat segala nikmat-Nya.
Kemudian, bersyukurlah.
Selanjutnya bershalawatlah kepada Rasulullah SAW.
Lalu, ingatlah segala dosamu dan berjanjilah kepada Allah untuk meminta perlindungan dan berpaling kepada Allah dari dosa-dosa tersebut.

Adapun berkenaan dengan ayat kedua, apakah engkau berfikir bahwa Allah SWT akan mengingkari janji-Nya ?"
Orang tersebut berkata, "Tidak".

Kemudian Imam mengatakan, "Lantas, mengapa infakmu belum atau tidak diganti (oleh-Nya)? "Orang tersebut berkata, "Aku tidak tahu"

Imam menuturkan, "Jika seseorang di antara kalian memperoleh harta dengan cara yang halal dan menginfakkannya di jalan yang halal pula, maka tidak ada sepeser dirham pun yang ia keluarkan kecuali Allah SWT akan menggantinya. "

Subhanallah

Pidato Presiden Venezuele, Hugo Chavez






Transcript of Venezuelan President Chavez' 9/20 speech to the United Nations




Representatives of the governments of the world, good morning to all of you.




First of all, I would like to invite you, very respectfully, to those who have not read this book, to read it.


Noam Chomsky, one of the most prestigious American and world intellectuals, Noam Chomsky, and this is one of his most recent books,




"Hegemony or Survival: The Imperialist Strategy of the United States." [Holds up book, waves it in front of General Assembly.] http://www.vheadlin%20e.com/readnews.%20asp?id=67379




It's an excellent book to help us understand what has been happening in the world throughout the 20th century, and what's happening now, and the greatest threat looming over our planet.




The hegemonic pretensions of the American empire are placing at risk the very survival of the human species.


We continue to warn you about this danger and we appeal to the people of the United States and the world to halt this threat, which is like a sword hanging over our heads.


I had considered reading from this book, but, for the sake of time [flips through the pages, which are numerous] I will just leave it as a recommendation.




It reads easily, it is a very good book, I'm sure Madame [President] you are familiar with it.




It appears in English, in Russian, in Arabic, in German.


I think that the first people who should read this book are our brothers and sisters in the United States, because their threat is right in their own house.


The devil is right at home. The devil, the devil himself, is right in the house.


And the devil came here yesterday.




Yesterday the devil came here. Right here. [crosses himself]


And it smells of sulfur still today.


Yesterday, ladies and gentlemen, from this rostrum, the president of the United States, the gentleman to whom I refer as the devil, came here, talking as if he owned the world.




Truly. As the owner of the world.


I think we could call a psychiatrist to analyze yesterday's statement made by the president of the United States.




As the spokesman of imperialism, he came to share his nostrums, to try to preserve the current pattern of domination, exploitation and pillage of the peoples of the world.




An Alfred Hitchcock movie could use it as a scenario.




I would even propose a title: "The Devil's Recipe."


As Chomsky says here, clearly and in depth, the American empire is doing all it can to consolidate its system of domination.




And we cannot allow them to do that.


We cannot allow world dictatorship to be consolidated.




The world parent's statement -- cynical, hypocritical, full of this imperial hypocrisy from the need they have to control everything.


They say they want to impose a democratic model.


But that's their democratic model.


It's the false democracy of elites, and, I would say, a very original democracy that's imposed by weapons and bombs and firing weapons.




What a strange democracy.


Aristotle might not recognize it or others who are at the root of democracy.


What type of democracy do you impose with marines and bombs?




The president of the United States, yesterday, said to us, right here, in this room, and I'm quoting, "Anywhere you look, you hear extremists telling you can escape from poverty and recover your dignity through violence, terror and martyrdom."




Wherever he looks, he sees extremists. And you, my brother -- he looks at your color, and he says, oh, there's an extremist.




Evo Morales, the worthy president of Bolivia, looks like an extremist to him.


The imperialists see extremists everywhere.


It's not that we are extremists.


It's that the world is waking up.


It's waking up all over.


And people are standing up.


I have the feeling, dear world dictator, that you are going to live the rest of your days as a nightmare because the rest of us are standing up, all those who are rising up against American imperialism, who are shouting for equality, for respect, for the sovereignty of nations.




Yes, you can call us extremists, but we are rising up against the empire, against the model of domination.


The president then -- and this he said himself,


he said: "I have come to speak directly to the populations in the Middle East, to tell them that my country wants peace."




That's true. If we walk in the streets of the Bronx, if we walk around New York, Washington, San Diego, in any city, San Antonio, San Francisco, and we ask individuals, the citizens of the United States, what does this country want?


Does it want peace? They'll say yes.


But the government doesn't want peace.


The government of the United States doesn't want peace.


It wants to exploit its system of exploitation, of pillage, of hegemony through war.


It wants peace.




But what's happening in Iraq?


What happened in Lebanon?


In Palestine? What's happening?




What's happened over the last 100 years in Latin America and in the world?


And now threatening Venezuela -- new threats against Venezuela, against Iran?


He spoke to the people of Lebanon.




Many of you, he said, have seen how your homes and communities were caught in the crossfire.


How cynical can you get?


What a capacity to lie shamefacedly.


The bombs in Beirut with millimetric precision? This is crossfire?




He's thinking of a western, when people would shoot from the hip and somebody would be caught in the crossfire.


This is imperialist, fascist, assassin, genocidal, the empire and Israel firing on the people of Palestine and Lebanon.




That is what happened.


And now we hear, "We're suffering because we see homes destroyed.'




The president of the United States came to talk to the peoples -- to the peoples of the world. He came to say -- I brought some documents with me, because this morning I was reading some statements, and I see that he talked to the people of Afghanistan, the people of Lebanon, the people of Iran.




And he addressed all these peoples directly.


And you can wonder, just as the president of the United States addresses those peoples of the world, what would those peoples of the world tell him if they were given the floor?




What would they have to say?


And I think I have some inkling of what the peoples of the south, the oppressed people think. They would say, "Yankee imperialist, go home."




I think that is what those people would say if they were given the microphone and if they could speak with one voice to the American imperialists.


And that is why, Madam President, my colleagues, my friends, last year we came here to this same hall as we have been doing for the past eight years, and we said something that has now been confirmed -- fully, fully confirmed.




I don't think anybody in this room could defend the system.


Let's accept -- let's be honest.




The UN system, born after the Second World War, collapsed.


It's worthless.


Oh, yes, it's good to bring us together once a year, see each other, make statements and prepare all kinds of long documents, and listen to good speeches, like Abel's yesterday, or President Mullah's.


Yes, it's good for that.


And there are a lot of speeches, and we've heard lots from the president of Sri Lanka, for instance, and the president of Chile.


But we, the assembly, have been turned into a merely deliberative organ.


We have no power, no power to make any impact on the terrible situation in the world.


And that is why Venezuela once again proposes, here, today, 20 September, that we re-establish the United Nations.


Last year, Madam, we made four modest proposals that we felt to be crucially important.


We have to assume the responsibility our heads of state, our ambassadors, our representatives, and we have to discuss it.




The first is expansion, and Mullah talked about this yesterday right here.


The Security Council, both as it has permanent and non-permanent categories, (inaudible) developing countries and LDCs must be given access as new permanent members.




That's step one.


Second, effective methods to address and resolve world conflicts, transparent decisions.


Point three, the immediate suppression -- and that is something everyone's calling for -- of the anti-democratic mechanism known as the veto, the veto on decisions of the Security Council.




Let me give you a recent example.


The immoral veto of the United States allowed the Israelis, with impunity, to destroy Lebanon.


Right in front of all of us as we stood there watching, a resolution in the council was prevented. Fourthly, we have to strengthen, as we've always said, the role and the powers of the secretary general of the United Nations.




Yesterday, the secretary general practically gave us his speech of farewell.


And he recognized that over the last 10 years, things have just gotten more complicated; hunger, poverty, violence, human rights violations have just worsened.


That is the tremendous consequence of the collapse of the United Nations system and American hegemonistic pretensions.




Madam, Venezuela a few years ago decided to wage this battle within the United Nations by recognizing the United Nations, as members of it that we are, and lending it our voice, our thinking.


Our voice is an independent voice to represent the dignity and the search for peace and the reformulation of the international system; to denounce persecution and aggression of hegemonistic forces on the planet.




This is how Venezuela has presented itself.


Bolivar's home has sought a nonpermanent seat on the Security Council.


Let's see. Well, there's been an open attack by the US government, an immoral attack, to try and prevent Venezuela from being freely elected to a post in the Security Council.




The imperium is afraid of truth, is afraid of independent voices.


It calls us extremists, but they are the extremists.


And I would like to thank all the countries that have kindly announced their support for Venezuela, even though the ballot is a secret one and there's no need to announce things.


But since the imperium has attacked, openly, they strengthened the convictions of many countries.


And their support strengthens us.




Mercosur, as a bloc, has expressed its support, our brothers in Mercosur. Venezuela, with Brazil, Argentina, Paraguay, Uruguay, is a full member of Mercosur.


And many other Latin American countries, CARICOM, Bolivia have expressed their support for Venezuela.


The Arab League, the full Arab League has voiced its support.


And I am immensely grateful to the Arab world, to our Arab brothers, our Caribbean brothers, the African Union.


Almost all of Africa has expressed its support for Venezuela and countries such as Russia or China and many others.




I thank you all warmly on behalf of Venezuela, on behalf of our people, and on behalf of the truth, because Venezuela, with a seat on the Security Council, will be expressing not only Venezuela's thoughts, but it will also be the voice of all the peoples of the world, and we will defend dignity and truth.


Over and above all of this, Madam President, I think there are reasons to be optimistic.




A poet would have said "helplessly optimistic," because over and above the wars and the bombs and the aggressive and the preventive war and the destruction of entire peoples, one can see that a new era is dawning.




As Sylvia Rodriguez says, the era is giving birth to a heart.


There are alternative ways of thinking.


There are young people who think differently.


And this has already been seen within the space of a mere decade.


It was shown that the end of history was a totally false assumption, and the same was shown about Pax Americana and the establishment of the capitalist neo-liberal world.




It has been shown, this system, to generate mere poverty.


Who believes in it now?


What we now have to do is define the future of the world.


Dawn is breaking out all over.


You can see it in Africa and Europe and Latin America and Oceanea.


I want to emphasize that optimistic vision.


We have to strengthen ourselves, our will to do battle, our awareness.


We have to build a new and better world.


Venezuela joins that struggle, and that's why we are threatened.


The US has already planned, financed and set in motion a coup in Venezuela, and it continues to support coup attempts in Venezuela and elsewhere.




President Michelle Bachelet reminded us just a moment ago of the horrendous assassination of the former foreign minister, Orlando Letelier.




And I would just add one thing: Those who perpetrated this crime are free.


And that other event where an American citizen also died were American themselves.




They were CIA killers, terrorists.


And we must recall in this room that in just a few days there will be another anniversary.


Thirty years will have passed from this other horrendous terrorist attack on the Cuban plane, where 73 innocents died, a Cubana de Aviacion airliner.




And where is the biggest terrorist of this continent who took the responsibility for blowing up the plane? He spent a few years in jail in Venezuela.




Thanks to CIA and then government officials, he was allowed to escape, and he lives here in this country, protected by the government.


And he was convicted. He has confessed to his crime.


But the U.S. government has double standards.


It protects terrorism when it wants to.


And this is to say that Venezuela is fully committed to combating terrorism and violence. And we are one of the people who are fighting for peace.


Luis Posada Carriles is the name of that terrorist who is protected here.


And other tremendously corrupt people who escaped from Venezuela are also living here under protection: a group that bombed various embassies, that assassinated people during the coup.


They kidnapped me and they were going to kill me, but I think God reached down and our people came out into the streets and the army was too, and so I'm here today.


But these people who led that coup are here today in this country protected by the American government. And I accuse the American government of protecting terrorists and of having a completely cynical discourse.


We mentioned Cuba. Yes, we were just there a few days ago.


We just came from there happily. And there you see another era born.




The Summit of the 15, the Summit of the Nonaligned, adopted a historic resolution.


This is the outcome document.




Don't worry, I'm not going to read it.


But you have a whole set of resolutions here that were adopted after open debate in a transparent matter -- more than 50 heads of state.




Havana was the capital of the south for a few weeks, and we have now launched, once again, the group of the nonaligned with new momentum.


And if there is anything I could ask all of you here, my companions, my brothers and sisters, it is to please lend your good will to lend momentum to the Nonaligned Movement for the birth of the new era, to prevent hegemony and prevent further advances of imperialism.




And as you know, Fidel Castro is the president of the nonaligned for the next three years, and we can trust him to lead the charge very efficiently.




Unfortunately they thought, "Oh, Fidel was going to die."


But they're going to be disappointed because he didn't.


And he's not only alive, he's back in his green fatigues, and he's now presiding the nonaligned. So, my dear colleagues, Madam President, a new, strong movement has been born, a movement of the south. We are men and women of the south.




With this document, with these ideas, with these criticisms, I'm now closing my file. I'm taking the book with me. And, don't forget,


I'm recommending it very warmly and very humbly to all of you.


We want ideas to save our planet, to save the planet from the imperialist threat.


And hopefully in this very century, in not too long a time, we will see this, we will see this new era, and for our children and our grandchildren a world of peace based on the fundamental principles of the United Nations, but a renewed United Nations.


And maybe we have to change location.


Maybe we have to put the United Nations somewhere else; maybe a city of the south.


We've proposed Venezuela. You know that my personal doctor had to stay in the plane.


The chief of security had to be left in a locked plane. Neither of these gentlemen was allowed to arrive and attend the U.N. meeting.


This is another abuse and another abuse of power on the part of the Devil.


It smells of sulfur here, but God is with us and I embrace you all.


May God bless us all. Good day to you.

Hakekat dan Makna SHOLAT

Pengantar

Saya tulis rangkaian tulisan sederhana ini untuk beberapa tujuan :

Pertama, untuk diri saya sendiri.

Umur saya hampir setengah abad saat ini.
Tapi, kenikmatan dan penghayatan shalat, saya memohon ampun kepada Allah, belum benar-benar saya rasakan.

Terkadang, meski rasanya saya tak pernah meragukan kewajiban melakukan shalat dan kebijaksanan Zat yang mewajibkan syari'at ini, saya bahkan bertanya-tanya : kenapa shalat demikian ditekankan dalam ajaran Islam dibanding dengan penanaman dan praktik akhlak mulia, atau aktivitas-aktivitas konkret melakukan perbaikan dan membantu orang lain di berbagai bidang kehidupan?

Kedua, saya mendapati sekelompok Muslim, termasuk di negeri kita, yang mulai kehilangan keyakinan kepada shalat sebagai suatu unsur penting dari keislaman seseorang.

Orang-orang yang menyebut diri mereka liberal ini, sampai-sampai sejauh mempromosikan semacam fideisme Islam.

Yakni, beragama, dalam hal ini ber-Islam, sebatas keimanan personal - dan rasional -- tanpa ritual-ritual.

Ketiga, saya juga mendapati, di tengah kegairahan orang kota untuk bertasawuf dan mengikuti berbagi paguyuban tarikat, ada kecenderungan untuk menekankan spiritualitas tanpa ritus.

Mereka, sebagaimana yang dituduhkan oleh sebagian orang yang anti tasawuf, merasa telah lebih mementingkan hakikat (hubungan manusia dengan Allah) daripada syari'at (kewajiban-kewajiba n ritual) - seolah-olah hakikat sedemikian dapat dicapai tanpa syari'at. (Dan seolah-olah para sufi besar yang menjadi panutan berbagai tarikat itu tak mementingkan syari'at, khususnya shalat).

Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk merespon ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu rangkaian tulisan yang dapat menjelaskan hakikat dan makna shalat yang sebenarnya, lebih dari sekadar memahaminya dengan pemahaman superfisial biasa.

Yakni pemahaman yang, meski sepenuhnya bersandar pada Al-Qur'an dan Sunnah,
bersifat rasional, intelektual, dan spiritual.

Dari sini, terbayanglah dalam pikiran saya bahwa buku ini, selain mengungkapkan penafsiran yang lebih menukik terhadap ritus shalat, juga menyajikan pandangan para sufi atau 'arif (gnostik, ahli pengetahuan ruhani atau batin) yang tak bisa dibantah kedalaman perenungan mereka.

Penyajian pandangan kaum sufi atau 'arif ini sekaligus dapat merespon sedikitnya dua masalah yang saya sebutkan di awal tulisan ini.
Yakni, memuasi keperluan personal saya, mengingat saya adalah peminat dan pengagum pemikiran para sufi seperti ini, dan mengingat para pengikut tarikat tersebut di atas tak akan dapat mengelak dari menghormati pandangan para tokoh ini (kecuali kalau mereka merasa lebih bijak dari para sufi itu)..

Saya menyisipkan pula pandangan Ibn Sina yang, meski seorang filosof yang rasional, dikenal pula dengan kecenderungan sufistik atau 'irfaninya.

Dengan mengungkapkan pemahaman seperti ini diharapkan, bukan saja kita akan dapat menangkap dengan lebih baik hakikat dan makna shalat, kita dapat juga menginternalisasika n perenungan kaum sufi dan 'arif tersebut di dalam diri kita agar kita benar-benar dapat mengalami pertemnuan dengan Allah Swt' lewat ibadah yang satu ini.

Karena, bukankah pertemuan dengan Allah inilah yang menjadi tujuan puncak pelaksanan shalat, dan juga puncak dari upaya mujahadah kaum sufi dan 'arif ini.

Saya sendiri, ketika menuliskanya, merasa menambatkan tambatan yang kuat, dalam pemikiran dan pandangan kaum sufi ini, bagi upaya untuk dapat melakukan shalat dengan khusyuk atau dengan kehadiran hati, mengingat - seperti akan dibahs di dalam salah satu tulisan, merupakan syarat bagi shalat yang sesungguhnya.

Namun, jika boleh, baiklah saya sampaikan di sini sedikit peringatan - saya enggan untuk menyebutnya nasihat - yang saya petik dari pengalaman saya sendiri.

Betapapun secara mental dan spiritual kita telah mampu sedikit banyak memahami hakikat dan nilai salat, tetap saja suatu disiplin yang kuat diperlukan untuk ini.
Karena, di samping kemampuan pikiran dan ruhani kita untuk mensugesti tindakan, ada juga kekuatan lain - biasa disebut sebagai dorongan keburukan atau bisikan setan - yang akan menghalang-halangi sugesti itu untuk terwujud dalam kenyataan.

Disiplin inilah yang perlu terus diasah dan dilatih agar pada akhirnya jiwa kita benar-benar dapat menaklukkan kecenderungan untuk tidak menjalankan ajaran dari Sang Maha Bijak ini. Inilah yang dalam tasawuf, disebut sebagai riyadhah atau tarbiyah nafsiyah (latihan atau pendidikan kejiwaan).

Mudah-mudahan, dengan pemahaman yang benar, niat yang kuat, dan disiplin yang merupakan buah dari latihan-latihan yang keras, Allah akan mengaruniakan kepada kita penghayatan dan kenikmatan shalat, dan berbagi manfaat yang dapat kita peroleh darinya.

Akhirnya, semoga rangkaian tulisan sederhana ini dapat - jika orang lain memang mendapatkan manfaat dari membacanya -- berguna juga buat diri saya, sekaligus menjadi wasilah bagi turunnya pertolongan Allah untuk menganugerahkan penghayatan, kenikmatan, dan manfaat-manfaat shalat kepada diri saya sendiri.

Taqabbal Ya Allah!
Setapak, KL, 15 Ramadhan 1247 H oleh Haidar Bagir

President IRAN : Mahmoud Ahmadinejad



(Dari Buku "*Ahmadinejad, David di Tengah Angkara Goliath Dunia*" )
(Terbitan Himah Teladan, kelompok Mizan)

Sebelum menjabat sebagai presiden Iran beliau adalah walikota Teheran,periode 2003-2005. Teheran, ibukota Iran, kota dengan sejuta paradoks,memiliki populasi hampir dua kali lipat dari Jakarta, yaitu sebesar 16 juta penduduk.

Untuk bisa menjadi walikota dari ibukota negara tentu sudahmerupakan prestasi tersendiri mengingat betapa Iran adalah Negara yang dikuasai oleh para mullah.

Ia bukanlah ulama bersorban, tokoh revolusi, dan karir birokrasinya kurang dari 10 tahun. Beliau tinggal di gang buntu,maniak bola, tak punya sofa di rumahnya, dan kemana-mana dengan mobilPeugeot tahun 1977.
Penampilannya sendiri jauh dari menarik untuk dijadikan gosip, apalagi jadi selebriti. Rambutnya kusam seperti tidak pernah merasakan sampo dan sepatunya itu-itu terus, bolong disana-sini, mirip alas kaki tukang sapu jalanan di belantara Jakarta.

Nah! Kira-kira dengan modal dan penampilan begini apakah ia memilikikemungkinan untuk menjabat sebagai walikota Depok saja, umpamanya?

Dalam tempo setahun pertanyaan tentang kemampuannya memimpin terjawab.
WargaTeheran menemukan bahwa walikotanya sebagai pejabat yang bangga bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota, gatal tangannya jika ada selokan yang mampet dan turun tangan untuk membersihkannya sendiri, menyetir sendiri mobilnya ke kantor dan bekerja hingga dini hari sekedar untuk memastikan bahwa Teheran dapat mejadi lebih nyaman untuk ditinggali.

"Saya banggabisa menyapu jalanan di Teheran."
Katanya tanpa berusaha untuk tampil sok sederhana.
Di belahan dunia lain sosoknya mungkin dapat dijadikan realityshow atau bahkan aliran kepercayaan baru.
Sejak hari pertama menjabat ia langsung mengadakan kebijakan yang bersifat religius seperti memisahkan lift bagi laki-laki dan perempuan (ini tentu menarik hati para wanita diTeheran), menggandakan pinjaman lunak bagi pasangan muda yang hendak menikah dari 6 juta rial menjadi 12 juta rial, pembagian sup gratis bagi orangmiskin setiap pekan, dan... menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum publik!
Ia sendiri memilih tinggal di rumah pribadinya di kawasan Narmakyang miskin yang hanya berukuran luas 170 m persegi.
Ia bahkan melarang pemberian sajian pisang bagi tamu walikota mengingat pisang merupakan buahyang sangat mahal dan bisa berharga 6000 rupiah per bijinya.
Ia jugamenunjukkan dirinya sebagai pekerja keras yang sengaja memperpanjang jam kerjanya agar dapat menerima warga kota yang ingin mengadu.
Namun salah satu keberhasilannya yang dirasakan oleh warga kota Teheran adalahspesialisasinya sebagai seorang doktor di bidang manajemen transportasi danlalu lintas perkotaan.

Sekedar untuk diketahui, kemacetan kota Teheran begitu parahnya sehingga saya pernah dikirimi salah satu foto lelucon dariberbagai belahan dunia dengan judul "Only in ..." . salah satunya dariTeheran dengan judul "Only in Teheran" dengan foto kemacetan lalu lintasnya yang bisa bikin penduduk Jakarta menertawakan kemacetan lalu lintas dikotanya.
Secara dramatis ia berhasil menekan tingkat kemacetan di Teheran dengan mencopot lampu-lampu di perempatan jalan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar balik yang sangat efektif.

Setelah menjabat dua tahun sebagai walikota Teheran ia masuk dalam finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor 2005 dari 550 walikota yang masuk nominasi.
Hanya sembilan yang dari Asia, termasuk Ahmadinejad.

Tapi itu baru awal cerita.
Pada tanggal 24 Juni 2005 ia menjadi bahan pembicaraan seluruh dunia karena berhasil menjadi presiden Iran setelah mengkanvaskan ulama-cum-mlliter Ali Hashemi Rafsanjani dalam pemilihan umum.

Bagaimana mungkin padahal pada awal kampanye namanya bahkan tidak masuk hitungan karena yang maju adalah para tokoh yang memiliki hampir segalanya dibandingkan dengannya? Dalam jajak pendapat awal kampanye dari delapan calon presiden yang bersaing, Akbar hasyemi Rafsanjani, Ali Larijani,Ahmadinejad, Mehdi Karrubi, Mohammed Bhager Galibaf, Mohsen Meharalizadeh,Mohsen Rezai, dan Mostafa Min, popularitas Ahmadinejad paling buncit.

Pada masa kampanye ketika para kontestan mengorek sakunya dalam-dalam untukmenarik perhatian massa, Ahmadinejad bahkan tidak sanggup untuk mencetakfoto-foto dan atributnya sebagai calon presiden. Sebagai walikota iamenyumbangkan semua gajinya dan hidup dengan gajinya sebagai dosen. Ia tidak mampu untuk mengeluarkan uang sepeser pun untuk kampanye! Sebaliknya ia justru menghantam para calon presiden yang menggunakan dana ratusan milyar untuk berkampanye atau yang bagi-bagi uang untuk menarik simpati rakyat.

Pada pemilu putaran pertama keanehan terjadi, Nama Ahmadinejad menyodok ketempat ketiga.
Di atasnya dua dedengkot politik yang jauh lebih senior diatasnya, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Mahdi Karrubi.
Rafsanjani tetap menjadi favorit untuk memenangi pemilu ini mengingat reputasi dan tangguhnya mesin politiknya.
Tapi rakyat Iran punya rencana dan harapan lain, Ahmadinejad memenangi pemilu dengan 61 % sedangkan Rafsanjani hanya 35%.

Logika real politik dibikin jungkir balik olehnya...

Ahmadinejad memang penuh dengan kontroversi.
Ia presiden yang tidak berasal dari mullah yang selama puluhan tahun telah mendominasi hamper semua poskekuasaan di Iran, status quo yang sangat dominan.
Ia juga bukan berasal dari elit yang dekat dengan kekuasaan, tidak memiliki track-record sebagai politisi, dan hanya memiliki modal asketisme, yang untuk standar Iran pun sudah menyolok.
Ia seorang revolusioner sejati sebagaimana halnya dengan Imam Khomeini dengan kedahsyatan aura yang berbeda.

Jika Imam Khomeini tampil mistis dan sufistis, Ahamdinejad justru tampil sangat merakyat, mudah dijangkau siapapun, mudah dipahami dan diteladani.
Ia adalah sosok Khomeini yang jauh lebih mudah untuk dipahami dan diteladani.
Ia adalah figur idola dalam kehidupan nyata.
Seorang 'satria piningit' yang mewujud dalam sosok nyata.
Sebagaimana mentornya, ia tidak terpengaruh oleh kekuasaan.
Kekuasaan seolah tidakmenyentuh karakter-karakter terdalamnya.

Ia seolah memiliki 'kepribadian ganda', di satu sisi ia bisa bertarung keras untuk merebut dan mengelola kekuasaan, dan di sisi lain ia bertarung sama kerasnya menolak segenap pengaruh kekuasaan agar tidak mempengaruhi batinnya.

Tidak bisa tidak,dengan karakter yang demikian kompleks itu seorang revolusioner macam Ahmadinejad memang ditakdirkan untuk membuat banyak kejutan dan drama pada dunia.
Ia memangkas semua biaya dan fasilitas kedinasan yang tidak sine-qua-non terutama dengan urusan pribadi.

Dalam pandangannya, untuk mewujudkan masyarakat Islam yang maju dan sejahtera, pejabat Negara haruslahmemiliki standar hidup yang sama dengan rakyat kebanyakan., mencerminkan kehidupan nyata dari masyarakatnya, dan tidak hidup di menara gading.

Iamenetapkan PPN baru bagi orang-orang kaya dan mengunakan dananya untukmembangun perumahan bagi rakyat miskin.
Ia membawa 'uang minyak kepiring-piring orang miskin' dengan program "Reza Love Fund" (Reza adalahImam ke delapan kaum Syiah) dengan mengalokasikan 1,3 milyar dollar untukprogram bantuan bagi kalangan muda untuk menikah, memulai usaha baru, danmembeli rumah.
Meski mengagumi Imam Khomeini dan hidup asketis tidak berartiia konservatif.
Ia bahkan tampil moderat.
Ketika ditanya apakah ia akan mengekang penggunaan jilbab yang kurang Islami di kalangan remaja Teheran,
ia menjawab,: "Orang cenderung berpikir bahwa kembali ke nilai-nilai revolusioner itu hanya urusan memakai jilbab yang baik.
Masalah sejati bangsa ini adalah lapangan kerja dan perumahan untuk semua, bukan apa yang harus dipakai."

Meski telah terpilih menjadi presiden ia sama sekali tidak mengubah penampilannya.
Ia tetap tampil bersahaja dan jauh dari pamor kepresidenan.
Pada salah satu acara dengan kalangan mahasiswa salah satu peserta menanyakan penampilannya yang tidak menunjukkan tampang presiden tersebut.

Dengan lugas ia menjawab,:"Tapi saya punya tampang pelayan.
Dan saya hanyaingin menjadi pelayan rakyat."

Air mata saya mengalir membaca ini....

Subhanallah!

Alangkah rendah hatinya pemimpin satu ini.

Tak salah jika iadicintai oleh bagitu banyak mahluk.

Allahu akbar

BERAPA LAMA KITA DIKUBUR ?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.
Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin.
Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi,sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya.
Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umumKaret, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk
Di atas seonggok nisan "HjRajawali bintiMuhammad 19-10-1915:20- 01-1965"

"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuknenekmu"
Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya.
Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya...

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah."
Ayahnya mengangguksembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.

"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun yaYah..."
Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.

"Ya,nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... "

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana .
Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut" Muhammad Zaini:19-02-1882 : 30-01-1910"

"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah" , jarinya menunjuk nisan di samping kubur neneknya.
Sekali lagi ayahnya mengangguk.

Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.

"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
"Iya kan yah?"Ayahnya tersenyum, "Lalu?"

"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya,berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur ....

Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas .....

"Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah.

Diatas sajadahnya,memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang...
kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa ..atau bahagia dikubur....

Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...Kalau Ia meninggal ..
Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un ....

Air matanyasemakin banyakmenetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun kedepan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi?
Selama itu ia akan disiksa di kubur.
Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa di televisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah...
Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, ke atas bahunya naik turun tak teratur....
air matanya semakin membanjiri jenggotnya
Allahumma as aluka khusnul khootimah..
berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ...

Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu.
Di betulkannya selimutnya.
Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuahkehidupan...

Dan apa yang akan datang di depannya...
"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."

Bahan bacaan dan cernaan otak kiri dan kanan.

(1) Latar Belakang :

Prinsip utama saya sejak beranjak dewasa sampai sebelum perjalanan umroh ini adalah :

"Tak ada keajaiban".

Segala sesuatu harus masuk logika, masuk akal, dan jauh dari hal-hal yg tak masuk akal.
Segala sesuatu mesti ada penjelasan ilmiahnya.
Oleh karena itu pandangan saya selalu mengacu kepada konsep hukum-hukum fisika, sosial, dan hukum psikologi.
Tak ada kejadian yg pernah bisa melanggar hukum alam.
Setiap pohon pisang akan berbuah pisang, setiap mahluk hidup mempunyai siklus biologi sesuai spesisnya, setiap apapun di dunia ini tidak ada yg bisa lepas dari hukum absolut alam semesta.
Takkan pernah ada cempedak berbuah nangka kecuali dalam sajak.

Takkan pernah ada orang kebal peluru.
Takkan pernah ada keajaiban, keanehan, atau anomali hukum alam.

Sebelumnya saya hanya tertawa mendengar cerita-cerita keajaiban ataupun kejadian luar biasa yg kerap terjadi pada orang yg melakukan ibadah haji atau umroh di tanah suci.

Mungkin itu hanya kebetulan, atau mungkin itu hanya bohong belaka.
Sehingga kajian saya mengenai telaah agama islam, selalu mengacu kepada analisa, sentesa, konseptual, dan hipotesa.

Pendeknya, tak ada alat yg saya miliki untuk telaah tsb selain metode ilmiah, sampai saya dipaksa harus menyadari instrumen lain yg sesungguhnya ada dan tak pernah saya gunakan.

(2). Perjalanan I : Jkt-Jeddah

Saya berangkat dengan apa adanya menuju Jeddah.
Instruksi saya kepada secretaries yg membooking perjalanan untuk mengambil paket yg paling murah, paling singkat, dan paling efisien.
Boleh dikata niat saya bukan untuk ibadah, tapi untuk sebuah hipotesa.
Di perjalanan, saya bertemu dengan seorang Haji yg telah beberapa kali berhaji dan berumroh, Bp H Tabrani (63), mantan walikota Jakarta Timur, kelahiran Aceh.

Kamipun terlibat diskusi dipesawat.
Saya katakan bahwa saya datang ke Mekkah bukan untuk cari umur panjang, rejeki, kemakmuran, kekayaan, dsb.

Saya katakan saya hanya ingin mencari petunjuk, hidayah bahwa Al-Qur'an adalah memang benar datangnya dari Allah dan bukan konsepnya Muhammad .

Saya ingin tahu hipotesa saya benar atau salah.

H.Tabrani berkata, " Insya Allah you akan dapat semua itu.

Namun semua akan tergantung dari cara you memandangnya, apakah fenomena itu adalah sebuah petunjuk, atau hanya sebuah kebetulan ".

(2.1) Kejadian 1.
Beberapa saat setelah beliau bicara, tiba-tiba mesin pesawat mati satu.
Penumpang pun diharap kembali ketempat duduk masing-masing dan memasang sabuk pengaman.
Penerbangan baru berlangsung 45 menit.
5 menit kemudian kedua mesin Boeing 747 disayap kiri mati.
Pilot pun memberitahukan bahwa pesawat harus kembali ke Airport Soekarno Hatta.
Kemudian pesawat mengalami turbulens yg menyeramkan disertai jeritan penumpang, sementara saya melihat ke jendela pembuangan bahan bakar mulai dilakukan.
Ini merupakan pemandangan yg sama sekali tidak menyenangkan.
Saat itu saya mulai takut dan berfikir tentang kematian.
Berkali-kali saya terbang, baru kali ini mengalami kejadian yg demikian.
Apakah tempat yg saya tuju memang luar biasa ?
Ataukah ini hanya kebetulan saja ?
Dengan sisa mesin dan kekuatan yg ada, pesawat terbang miring dan mendongak, sementara yg saya lihat dibawah hanya lautan lepas.
Namun akhirnya pesawat dapat mendarat di Soekarno Hatta dengan selamat, diiringi beberapa mobil pemadam yg siap siaga.
Kami semua di inapkan di Horison Hotel-Ancol.

Di Hotel diskusi saya dengan Bp H Tabrani berlanjut.
Saya tanya ; Aca :" Pak Haji, kok susah bener ya mau ke Mekkah aja ?" "
Baru kali ini saya saya naik pesawat kayak begini"
H Tabrani : " You kurang niat kali... ini khan bukan perjalanan biasa".

Aca : Apanya yg luar biasa.
Secara teknis tetap sama"
H Tabrani : " Wah...you boleh pilih, melihat ini sebagai sebuah Kebetulan, atau sebuah kebesaran Allah ! "
Aca : " Tapi Pak, kenapa kalau Allah mau kasih pelajaran Semua satu pesawat terkena getahnya, padahal khan Ada penumpang lain seperti Bapak yg sudah berniat bulat umroh tetapi juga batal ".

H Tabrani :
" Andry...you khan tahu tidak semua penduduk Indonesia bobrok mentalnya, tetapi, jika Allah mau kasih pelajaran khusus - hampir seluruh rakyat Indonesia terkena dampaknya".
" Bisa jadi karena you dengan niat hipotesa atheis itu - kita semua satu pesawat terkena akibatnya".
"Coba dech.. you pikirin ! "

Akhirnya saya mulai tafakur, mencoba untuk merendahkan hati, sholat isya' - dan membaca niat untuk umroh.
Saya mulai membuka-buka buku-buku petunjuk menjalankan umroh.
Walau saya jarang (hampir tidak pernah) berdo'a, saya baca-baca do'a nya.

(2.2) Kejadian 2.
Esoknya kami berangkat dengan pesawat lain.
Dan ketika itu saya melonjak kegirangan, karena saya di up-grade ke first class.
Waduh, enak juga, 10 jam terbang tanpa harus berdesakan dengan fasilitas lainnya yg tidak sama dengan economi.
Tiba-tiba H Tabrani datang, " Wah you koq disini ? "
Aca : " Alhamdulillah saya di up-grade Pak "
H Tabrani : " Waduh...enak benerrrr, you udah niat umroh ? "
Aca : " Udah Pak, semalam saya tafakur, berdo'a dan membaca niat "

H Tabrani : "Bagus kalau begitu.
You sekarang melihat kan Allah bisa memberikan imbalan kenikmatan secara Langsung "

Aca : "Loh tapi Pak Haji, ini khan petugas maskapai yg Ngatur!?"

H Tabrani : " Bukan ! ini Allah yg ngatur, melalui tangan petugas"

Aca : " Wah ini mungkin hanya kebetulan saja Pak !"
" Nggak masuk akal kalo Cuma karena niat, saya langsung diberi kenikmatan oleh Allah ".

H Tabrani :
" OK... khan saya sudah bilang dari kemarin, semua Terserah you saja, apakah you mau melihat dengan kacamata Kebetulan, atau kacamata iman !"
H Tabrani pun mulai sewot dengan saya.
Entah karena nggak di up-grade atau karena sikap saya yg dianggapnya wangkeng.

(2.3) Kejadian 3.
Dipesawat, saya dikenalkan oleh pramugari kepada 2 orang penumpang yg menekuni manajemen pikiran.
Dian, pramugari yg sebelumnya terlibat diskusi agama dengan saya dan H Tabrani, menyarankan agar masalah saya diungkapkan kepada mereka.

Kamipun berkenalan, seorang bernama Nur Cahyo, seorang lagi bernama Kartiko (mungkin muridnya).
Saya jelaskan permasalahan utama saya.

Akhirnya ia menjelaskan, " Sdr Andry, selama ini saya tahu anda telah banyak berupaya, namun upaya itu belum optimum.
Apa sebab - karena sdr hanya menggunakan sebahagian yakni bagian kiri saja dari otak sdr ".

"Karena otak, mempunyai 2 belahan,
belahan kiri yg fungsinya untuk menganalisa, kalkulasi, logika, konsentrasi, hipotesa, dsb, dan
belahan kanan yg berfungsi mencerna keindahan, emosi, seni (spt musik), euphoria, keimanan, dsb.

Kedua belahan otak tsb harus sdr gunakan.

Wajar kalau saudara hanya mengandalkan analisa dan mendewakan sirkuit logika".

"Ada daerah kekuasaan Tuhan yg tidak dapat dianalisa dan didiskusikan.

Daerah tsb hanya dapat dicerna oleh perasaan yg kita sebut iman".

"Loh...itu khan basic prinsip Quantum Learning, saya tahu benar itu ", kilah saya.

"Betul...bagus kalau anda tahu - tapi pernahkah anda terapkan dalam pencarian ini ?".

Saya mulai bingung dengan pertanyaan Kartiko.
Saya tahu benar ilmu itu, karena saya sering jadi pembicara tentang metode belajar dan bekerja menggunakan keseimbangan otak kiri - kanan.

Kepala saya seperti dipentung oleh senjata saya sendiri.

Kartiko melanjutkan,
"Jika yg sdr cari adalah petunjuk, ia dapat berupa ilham, mimpi, atau fenomena dan kejadian-kejadian yg tak masuk akal.
Sdr tak akan bisa menelaah semua itu nanti di perjalanan dengan otak kiri (analisa) saja.
Hasilnya akan sdr pisah-pisah dan terlihat tidak berkaitan satu sama lain.
Namun apabila sdr gunakan juga otak kanan (intuisi/rasa/ iman), hasilnya akan sangat menakjubkan" .

H Tabrani pun ikut terlibat diskusi, dan ia banyak membenarkan perkataan Kartiko.

Sebelum Kartiko kembali ke kursi duduknya, saya bertanya kepadanya, "Anda kuliah dimana ?".

Kartikopun menjawab "Politeknik Mekanik Swiss".
"Astaga, angkatan berapa ?".
"Angkatan 88", jawabnya. Akhirnya, kami pun bertambah mesra.
Saya mulai menarik hipotesa dengan kedua belahan otak saya ;

1. Apakah instrumen ini berguna (telaah menggunakan kedua belahan otak)untuk pencarian saya ?
2. Kenapa saya tak pernah menggunakannya, padahal saya tahu dan gandrung dengan ilmu itu ?
3. Apakah ia hanya seorang kenalan di pesawat, atau kah sebuah petunjuk agar saya menggunakan instrumen itu dalam perjalanan sekarang dan nanti ?
4. Apakah pertemuan kami ini hanya sebuah kebetulan ?
5. Apakah Kartiko juga seorang yg kebetulan berlatar belakang pendidikan sama dengan saya sehingga jalan berfikir kami sepertinya klop !?

Saya kembali membahas ini dengan H Tabrani.
Beliau seperti biasa sambil sewot, "
Terserah...you mau lihat dari kacamata kebetulan atau kacamata kebesaran Allah !".

Sayapun mulai tak percaya dengan diri saya.
Saya mulai goyah dengan pandangan saya selama ini.

(2.4) Kejadian 4.
Akhirnya kami pun tiba di Jeddah, yg kemudian perjalanan disambung ke Madinah.
Malam hari kita berangkat sholat Isya' ke Masjid Nabawi.
Disini Rasululloh dimakamkan, jelas H Tabrani.
"Kok kuburan di Masjid Pak Haji, nggak bener itu !"
"Wah you ini mau sholat apa nggak !".
"You khan bisa sholat karena orang yg dimakamkan disini !".

Tanpa banyak bantah saya ikuti ajakannya sholat diluar (halaman) Masjid (karena larut, pintu masuk sudah ditutup).

Saya sholat tepat disamping pintu makam Rasululloh, sedang H Tabrani sholat 5 meter didepan saya.
Tiba-tiba, baru saja saya takbiratul ihrom, pintu disamping saya berdebum.
Sayup-sayup berdebum.
Seperti suara orang kerja.
Tapi lebih mirip suara orang marah-marah membanting meja atau kursi.
Tiba-tiba perasaan takut saya datang.
Akhirnya saya batalkan sholat saya, pindah menjauhi makam Rasululloh.
Makam orang yg saya pikir pembuat Al-Qur'an.
Dan saya mulai dihantui pemikiran tersebut.
Sholat saya sudah nggak bisa khusuk lagi.

"Andry...kamu kenapa pindah sholatnya ?", tanya H Tabrani.
"Nggak tahu tuh Pak, ada suara berisik dipintu, sepertinya pintu itu mau dibuka orang ", jawab saya.

"Suara berisik apa ".
"Loh Pak Haji nggak denger barusan "
"Enggak ah..., Iqbal...kamu dengar suara ?"
"Enggak Pak..."
Perasaan saya mulai nggak karuan.
Rasa takut dicampur rasa bersalah.
Saya coba analisa pakai belahan kiri, bahwa mungkin posisi saya yg tegak lurus dengan pintu menyebabkan saya bisa dengar, namun mereka karena tidak tegak lurus, mereka tak bisa mendengar. Tapi harusnya juga dengar.
Mustahil tidak, karena suara itu keras koq.
Akhirnya saya ceritakan ke H Tabrani tentang perasaan kacau saya.

Saya ceritakan bahwa saya pernah menulis e-mail yg berpendapat apakah semua ini bisa-bisa nya Muhammad.

Kala itu saya tetap menyangsikan kronologi turunnya wahyu.
Hingga saya mensejajarkan posisi Muhammad dengan Napoleon, Karl Marx, Einstein, Aristoteles, Plato, dan pemikir besar dunia lainnya.

"Wah...kalau you udah sadar itu salah, you mesti minta maaf besok di dalam Masjid, tepat disamping makamnya kalau bisa ", kilah H Tabrani.

Esok hari, pagi-pagi sekali kami bangun, berangkat menuju Masjid Nabawi.
Masjid besar dengan halaman yang juga besar.
Dengan terhuyung sambil ngantuk (karena nggak biasa bangun dan sholat shubuh) saya berjalan menyusuri halaman Masjid seperti menyusuri 2 kali panjang lapangan bola.
Seluruh lantainya ditutupi Pualam putih.
Setelah melewati pintu utama, saya berjalan memasuki ruang dalam Masjid area perluasan King Fadh.
Saking besarnya, pandangan lepas kita tak dapat melihat ujung Masjid lainnya.
Lantai, dinding dan Tiang ditutupi marmer yg dipolish licin.
Setiap tiang terdapat lubang AC yg dapat mengatur suhu ruangan otomatis.

Kami terus berjalan menuju Raudah (batas bangunan asli Masjid yg dibangun Muhammad) melewati area perluasan King Azis.
Antara perluasan King Fadh dan King Azis terdapat Kubah yg dapat terbuka dan tertutup otomatis.
Sempat terfikir oleh saya, betapa besar biaya yg diperlukan untuk ini semua.
Namun saya coba tahan pemikiran negatif itu dan menggantikannya dengan fikiran betapa besar pengaruh Muhammad sampai sekarang hingga dapat terwujud Masjid sebesar dan seagung ini.

Kamipun hampir mencapai Raudhah, namun tak bisa masuk karena penuhnya.

Setelah sholat Shubuh, saya dianjurkan H Tabrani untuk berdo'a di area Rhaudah.
"Kenapa .?", tanya saya.

"Berdoa disana Insya Allah lebih amat makbul (dijawab oleh Allah terhadap permintaan doa kita).

Sempat terbesit pertanyaan saya, apakah doa orang yg berdoa di Masjid Dago Atas tidak makbul ?
Namun saya mulai menahan diri terhadap pemikiran dan pertanyaan model itu.

Setelah berdoa, kamipun berdesakan keluar melalui Pintu Jibril, pintu yg melewati tepat muka makam Rasululloh.

Saya ambil barisan paling kiri, barisan yg paling dekat dengan sisi makam.
Kami berjalan berdesakan, perlahan, penuh sesak namun sangat tertib.
Dari kejauhan saya melihat pagar makam yg didalamnya gelap tak ada cahaya.
Dalam antrian perlahan saya mendekati makam.

Di dalam pagar terlihat tiga makam yg ditutupi kain.

Saya tak tahu yg mana Makam Rasululloh, yg mana makam Abu Bakar, dan yg mana makam Khadijah, isteri Nabi.

(2.5) Kejadian 5.
Di sepanjang makam berdiri 4 orang tua dengan badan tinggi bersorban yg selalu menepis tangan orang yg mencoba memegang pagar dengan meratap. "Musyrik !!!", hardiknya.
Mereka senantiasa menjaga perilaku setiap orang yg mencoba ziarah dengan kelakuan aneh.

Disini saya mulai mengerti arti Islam sebagai agama Tauhid.
Agama yg berillah hanya dan hanya kepada Allah.

Tiada kepada yg lain, tiada pula kepada para Nabinya.
Nabi hanya sebagai pembawa RisalahNYA, MandatarisNYA, dan bukan tempat untuk meminta atau berdo 'a.
Nabi juga bukanlah anakNYA, karena beranak pinak adalah perilaku ciptaaNYA dan bukan salah satu sifatNYA/perilakuNYA.


Musyrik atau Syirik, mensyarikatkan Allah dengan sesuatu lainnya adalah satu-satunya perbuatan dosa yg tidak pernah diampuni Allah.

Bukan maksud saya menyindir, tapi sering kali orang melakukan "HUMANISASI" .
Imajinasi bentuk alien (mahluk luar angkasa) tak pernah jauh lari dari bentuk manusia, berbadan, berkepala, bertangan dan berkaki.
Film-film kartun Hollywood, selalu menampilkan bentuk perilaku binatang yg bertingkah polah bagai manusia, dan berbentuk fisik yg sudah dirobah menjadi mirip manusia.

Dongeng-dongeng binatang buku cerita untuk anak kecil juga demikian.
Robot-robot sekarang dan masa datang,mengambil analogi kerja tubuh dan bentuk badan manusia.
Sampai-sampai Tuhan atau Dewa-dewa yg digambarkannya pun mirip bentuk manusia. Adapula yg menganalogikan perilaku Tuhannya seperti manusia dengan perilaku beranak pinak.

Disini saya merasa mendapat petunjuk, bahwa Muhammad NabiNYA, bukan anakNYA, bukan tempat meminta.


Ketika saya tiba persis dimuka makam, seseorang dengan suara yg berat dibelakang saya berkata perlahan.
Tidak keras namun tidak berbisik.
Kedua tangannya memegang pundak saya dari belakang.
Ia berkata dalam bahasa Arab,

" Ya Rasululloh.. .ini aku, aku datang kepadamu, bukan untuk meminta sesuatu yg lain.
Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu ya Habiballoh.
Aku hanya mengagumimu namun aku tak pernah memujimu.
Aku fikir aku telah menempatkanmu pada posisi yg tinggi, namun ternyata engkau lebih mulia dari itu.
Aku tidak mencela engkau namun aku sadar aku telah melecehkan engkau.
Aku minta maaf ya Rasululloh".


Pembaca, saya dapat mengerti hampir seluruh ucapannya dalam bahasa Arab itu, namun saya belum pernah belajar Nahu sorob atau bahasa Arab !
Saya jadi bingung sendiri.
Saya lihat di pundak saya salah satu tangannya yg memegang pundak saya dari belakang, besar sekali dan hitam legam.
Waktu saya menolah kebelakang, orang tersebut seperti dari Afrika, tinggi luar biasa, hitam legam.
Ia mengucapkannya sambil merintih menahan tangis.
Rasa haru, menyesal luar biasa, dan sedikit ketakutan pun menyelimuti saya.
Saya tak ucapkan kata apapun.
Semua yg akan saya ucapkan telah diucapkan orang dibelakang saya dalam bahasa Arab yg saya tiba-tiba mengertinya.

Keluar pintu Jibril, saya menunduk menahan tangis dan haru, agar tak terlihat H Tabrani dan Iqbal puteranya.
H Tabrani tahu itu. Merekapun mempercepat langkah agar tetap didepan saya.

Saya coba cari orang tinggi besar hitam tadi.
Mungkin karena ramai kerumunan, saya tak dapat menemukannya.

Sesampai di Hotel, kamipun mendiskusikannya.
Terutama tentang dapat mengertinya saya terhadap ucapan dalam bahasa Arab.

Saya bilang : "Mungkin begini Pak, karena saya dihantui rasa bersalah,
dan memang saya akan berkata minta maaf, maka persepsi saya terhadap apa yg diucapkan orang tadi adalah persepsi fikiran saya".

H Tabrani : "Itu mungkin. Mungkin saja. Tapi mungkin juga petunjuk, bahwa beliau (Rasululloh) tahu benar isi hati anda, dan beliau dengan ahlaknya yg mulia sudah memaafkan you tentunya".
Aca : " Ah...masak sich Pak. Sedemikian mudah dan cepatnya saya mendapat petunjuk "

H Tabrani : " Temen you dan saya khan sudah berkali-kali mengatakan, semua itu terserah you saja.
Apakah you mau anggap itu semua kebetulan atau sebuah petunjuk.
Berkali-kali saya mengatakan - terserah you saja !"
Saya mulai tak banyak membantah.

Saya benar-benar mulai berfikir, bahwa tak ada yg namanya kebetulan.
Semua sudah ada aturannya, semua sudah ada sebab akibatnya.
Ada sebuah "hukum sebab-akibat" yg berlaku absolut dialam semesta ini.

Hukum Sebab-Akibat itu diatas hukum-hukum lainnya.
Juga diatas hukum fisika, sosial, maupun psikologi yg saya anut selama ini.
Saya mulai meyakini ini sebagai Hukum Sunatulloh, dan bukan hukum psikologi.

Bukan efek kebetulan karena rasa bersalah.
Bukan efek kebetulan kondisional akibat suasana yg khusuk, sakral atau magic/angker. Melainkan hukum Sunatulloh kepada orang yg mencari ridhoNYA, orang yg mencari jalan yg diridhoNYA.

Namun saya tak berani berfikir bahwa saya sudah berada pada jalan yg benar, dalam "The right track".
Namun yg jelas, saya mulai lebih berhati-hati dan tidak gegabah.

(3.) Perjalanan di Madinnah.

Setelah melewati waktu Zuhur, kami melakukan City Tour, ketempat-tempat bersejarah antara lain, Masjid Kuba - Masjid pertama di Madinnah yg dibuat Rasululloh, Masjid Kiblat - Masjid dimana di tengah sholat, Rasululloh mendapatkan wahyu untuk sholat menghadap Ka'bah/Mekkah, yg sebelumnya menghadap Masjidil Aqso', sehingga sholat tersebut beliau lakukan 2 roka'at menghadap Masjidil Aqso' dan 2 roka'at sisanya menghadap Ka'bah.
Karena kasus ini orang Kafir Quraisy berkomentar Muhammad pemimpin yg plin-plan.

Dibimbing oleh Tour Guide, kami berkunjung ke Jabal Uhud, tempat dimana terjadi Perang Uhud.
Terlintas dibenak saya cuplikan film "The Massage" dimana Hamzah, Panglima perang kaum Mukmin yg dibunuh dengan tombak oleh salah seorang budak suruhan Hindun, isteri Abu Sofyan, pemimpin kaum kafir Quraisy yg sangat memusuhi Nabi.
Pada peperangan tsb kaum Muslimin kalah yg disebabkan tindakan indisipliner pasukan panah.

Kami juga mengunjungi makam Fatimah, dimana dekat makam dahulunya terdapat parit besar yg dikenal sebagai Perang Khandak.
Perang dimana pada saat itu kaum kafir dari berbagai bangsa dan negara memboikot dan meng-embargo kaum muslim selama kurang lebih 2 tahun, dimana sekeliling Madinnah pada saat itu dibuat Parit besar yg memisahkan/melindunginya.
Disini saya melihat bahwa perjuangan Rasulloh adalah bertahan dan bukan menyerang.

Konsep yg diajukan Rasululloh adalah sebuah konsep dimana penguasa kafir tidak menyukainya.
Konsep tsb hanya mendapat tanggapan dari kaum Anshor yg bertempat tinggal di Madinnah hingga Nabi harus hijrah/pindah kesana.

Saya akhirnya bertanya kepada Tour Guide, bagaimana dengan tindakan Nabi yg saya anggap ekspansi nekat yakni tindakan Nabi mengirim surat dari Madinnah kepada Mekkah, Mesir, Roma, Persia, Abesinia, dan Negos(Ethiopia) .

Madinnah tidak sebesar dan sekuat Mekkah, namun tindakan Nabi mengirim surat kepada Negara-negara tsb adalah nekat (kalau tidak mau dibilang gila).

Analoginya mungkin seperti Vietnam, negara kecil yg baru berdiri, tanpa angkatan bersenjata yg jelas, mengirim pesan kepada Indonesia, Australia, Amerika, Rusia, dan European Community untuk takluk dan tunduk dibawah kekuasaanya.

"Oh tidak, ini tidak seperti demikian ", jawab Tour Guide.
"Urusan Rasululloh bukan urusan kekuasaan.

Konsep Rasululloh bukan konsep negara, sehingga surat yg dibuat bukan surat kekuasaan .
Surat itu berisikan ajakan beragama Islam.

Konsep Rasululloh adalah konsep agama, bukan konsep pemerintahan" .

"Lho, kalau bukan urusan kekuasaan, bagaimana dengan Daulat Bani Umayah, kepemimpinan Islam setelah Ali, yg ekspansi kekuasaanya dengan cepat dan pesat sampai ke Cordova, Spanyol, daratan China, dan berbagai belahan dunia lain, sehingga Islam tidak hanya bicara didalam Masjid, namun juga di pemerintahan, di masyarakat, hingga berlaku hukum yg hanya kita dengar sekarang secara sayup-sayup 'hukum Islam' ?

Bagaimana kita memberlakukan sebuah peraturan tanpa adanya kedaulatan ?
Bagaimana kita bicara rajam bagi yg berzinah, sementara lokalisasi pelacuran mendapat izin dari pemerintahan Pemda setempat ?

Bagaimana memberlakukan hukum Islam tanpa pemerintahan Islam ? ", demikian saya bertanya.
Tour Guide tersebut tak dapat melanjutkan penjelasannya.
Sayapun menjelaskan, "Mas Syaiful...saya mohon maaf loh, saya dalam pencarian, saya bukan sok tahu, tapi saya memang benar-benar tidak tahu, dan saya benar-benar ingin tahu, kayak apa sich konsep Rasululloh yg disampaikan pada saat itu ?".

Tour Guide : "Baiklah, anda silahkan tanya kepada orang yg lebih tahu, saya terus terang belum tahu benar untuk hal ini ".
Aca : "Terimakasih Mas...saya akan simpan pertanyaan ini".
Beberapa orang mungkin beranggapan ini tidak penting, namun saya berfikir bahwa ini sangat penting. Dalam pencarian / perjalanan ini saya tak menemukan jawaban, namun saya yakin insya Alloh, suatu saat, dalam pencarian saya yg berikutnya, saya dapat menemukan jawabannya.. .Amien.

(3.1) Kejadian 6.
Setelah sholat Ashar, akhirnya kamipun bersiap-siap untuk ber-umroh.
Pak H Tabrani mengajarkan saya untuk memakai pakaian Ihrom.
Ia menjelaskan untuk memakai pakaian Ihrom, 2 lembar kain yg dililit dipinggang, satunya lagi di bahu.
"Latihan pakai kain kafan ", demikian penjelasannya.

Meskipun ia bukan Tourist Guide, namun ia begitu telaten mengajarkannya pada saya.
Meskipun kadang-kadang menghardik saya, seperti waktu saya tanya kenapa koq nggak boleh pakai celana dalam.

Ia hanya menjawab "Jangan didebat !!! ini daerah otak kanan ! ".

Untung saya sudah rada kalem sekarang karena beberapa kali mengalami peristiwa2 yg lalu, kalau tidak, mungkin sewotnya H Tabrani berkelanjutan.

Setelah mengambil niat di Miqod, diperjalanan kami mulai membaca Talbiah :
Labbaik Allohumma labbaik Labbaik Lasyarika laka labbaik Innal hamda, Wal nikmata, Laka wal mulk La syarikalak.

Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu Tiada syarikat bagimu
Sesungguhnya segala puji, segala nikmat, dan segala kuasa Hanyalah dari engkau.
Tiada syarikat bagimu.

Pembacaan Talbiah baik di pesawat maupun diperjalanan/ bus, sangat diliputi rasa haru yg luar biasa. Kamipun tiba di Mekkah, kota Haram. Hotel kami cukup dekat dengan Masjidil Haram. Sementara barang-barang diurus oleh petugas travel, kami berwudhu di Hotel, kami langsung memasuki Masjidil Haram, sebuah Masjid yg paling terkenal yg mungkin paling tua didunia. Saat itu saya belum merasakan pesonanya.
Namun setelah melepas sandal dan memasuki Masjid, saya terdiam melihat benda hitam pekat persegi empat yg berada ditengah-tengah Masjid. Ka'bah ternyata berukuran lebih besar dari perkiraan saya. Saya menahan tangis didepan rombongan tapi tak kuasa. Dengkul saya lemas luar biasa. Sulit sekali menggambarkan pesonanya. Saya kurang tahu persis pada saat itu tapi saya percaya Iqbal, anak Pak H Tabrani yg pertama kali Umroh juga terdiam tak bersuara tak bergerak. Ia juga mengalami hal yg sama. Saya lemas dan duduk. Saya berusaha perlahan-lahan bergerak mendekat, namun semakin dekat, semakin tak kuasa menahan tangis. Akhirnya saya mulai meraung seperti anak kecil. Saya menangis sambil duduk tidak mengerti kenapa. Dan saya tahu persis saat itu saya tidak sedih. Benda itu berada ditengah-tengah Masjid, besar, besar sekali. Hitam pekat sekali. Benar-benar saya tak mengira bahwa Ka'bah berukuran sebesar itu. Saya tidak pernah berfikiran bahwa di dalamnya ada Allah sedang bersemayam. Sepintas hanya sebuah batu yg disusun dan dilapis kain hitam. Namun saya melihat sedemikian banyaknya manusia mengitarinya melakukan yg disebut tawaf. Bukankah ini bukti dari hasil kerja Muhammad. Analisa saya bermain, apakah sekian banyaknya manusia datang kesini hanya ditipu satu orang yg bernama Muhammad. Namun intuisi saya juga bermain, bahwa kegiatan ini pasti bukan baru dimulai kemarin. Kegiatan ini dilakukan pasti sejak ajaran Muhammad.

Pendapat ini adalah pendapat awal saya yg kemudian di konfirmasikan beberapa hari kemudian oleh H Tabrani bahwa kegiatan ini sudah ada bahkan sejak milata Ibrahim, bapak besar berbagai bangsa yg melahirkan agama Yahudi, Nasrani (bukan Kristen) , yg kemudian juga Islam. Saya mulai tawaf putaran pertama. Sambil air mata bercucuran (tanpa malu-malu lagi sebab kanan kiri sayapun demikian) saya dibimbing H Tabrani membaca do'a-do'a putaran pertama. Posisi kami sangat dekat dengan Ka'bah dan senantiasa saya semakin merapat kedalam. Kami merasa seperti memasuki sebuah gravitasi luar biasa yg menarik ketengah. Seolah kami bergerak perlahan bersama tanpa menginjak bumi (seperti melayang), semakin rapat dan semakin pekat ketengah. Kita tak kuasa menentukan arah (kecuali sedikit), kita hanya dapat berserah diri mengikuti arus putaran itu. Sambil memegang buku do'a kecil, saya coba baca juga artinya. Disitu terdapat do'a permintaan umur panjang dan keturunan yg banyak serta soleh. Saya tanya ke H Tabrani, " Loh Pak...kok ada permintaan seperti ini ya...?. H Tabrani menjawab, "Ya memang ada, khan saya sudah katakan boleh minta apa saja".
Pada tawaf putaran kedua, saya kembali membaca do'a khusus untuk putaran kedua - sambil juga melihat artinya. Agak sulit memang karena banyak jama'ah Iran berbadan besar berdo'a lantang sekali. Kadang saya tak mendengar suara H Tabrani sehingga sulit mengikuti apa yg didiktenya. Kembali saya lihat artinya, " Loh...Pak, koq disini ada permintaan terhadap rezeki yg banyak". H Tabrani pun kembali menjawab, " Ya memang boleh. Anda saja yg cuma minta petunjuk dan nggak mau minta yg lain. Minta harta boleh...habis - kalau tidak - anda mau minta ke siapa lagi kalau bukan sama Dia ".
Pada tawaf putaran ketiga, saya kembali membaca do'a sambil membaca artinya. Terdapat dengan jelas disitu "Tijarotan Lantabur " yg artinya "perdagangan yg jauh dari rugi". Saya kembali bertanya dengan lebih antusias karena masalahnya erat dengan kehidupan saya yg memang bergerak di bidang ini. "Loh-loh...ini lebih aneh lagi Pak...kok boleh minta dagang agar jauh dari rugi, ini khan urusan dunia. Bagaimana kita bisa rugi - ya karena manajemen yg buruk, sedangkan bagaimana kita bisa untung ? ya dengan manajemen yg baik ? ".
Akhirnya H Tabrani mulai sewot lagi, " You khan bilang waktu dipesawat, bahwa you hanya minta petunjuk, betul ndak...?" "Betul Pak ", jawab saya. " OK kalau begitu nggak usah do'a saja ..." , tegas H Tabrani.

Analisa dan intuisi saya jalan lagi, dan tiba-tiba saya teringat surat Al-Fatihah, ayat 4, "Iyya ka na' budu wa iyya ka' nastaiyn". Kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami minta pertolongan.

Saya fikir ini harus berlaku pada semua hal - segala hal - segala sesuatu - termasuk hal-hal duniawi seperti bisnis. Sehingga musyrik hukumnya jika kita meminta pertolongan dalam bidang bisnis kepada Kadin, Pemda, Katabelece Pejabat untuk menggoalkan proyek kita. Haram hukumnya meminta pertolongan kepada Bagian Purchasing untuk melakukan bisnis dengan kita. Permintaan tolong hanyalah kepada Allah semata. Adapun, Kadin, Pemda, Pejabat, dan bag Purchasing, hanyalah perantara. Hal ini jangan dianggap sepele, karena ini yg akan menentukan strategi manajemen perusahaan kita, apakah kita akan melakukan KKN atau melakukannya dengan pendekatan lain. Akhirnya dengan pemahaman yg seperti ini, saya kembali berdo'a dengan segala kerendahan hati. Meminta kepada yg mempunyai, memohon kepada pemilik yg sesungguhnya, meminta kepada Penguasa yg sesungguhnya, penguasa segala sesuatu, penguasa absolut. Statemen awal saya dipesawat, sekarang terbantai semua. Saya ternyata tak hanya meminta pertunjuk,tetapi saya - dengan kesadaran baru ini - juga meminta duniawi. Demikian saya melihat Rahman rohim Allah. Jika kita meminta dunia saja, Allah mungkin saja berikan, dan mungkin juga tidak. Namun jika kita meminta keridhoan akhirat - insya Allah kita juga akan mendapat dunia. Persis lagu Bimbo yg dinyanyikan Sam.

Persis juga sama dengan do'a - do'a di akhir tawaf yakni fiddunia hasanah - wa fil akhiroti khasanah. Saya pun kembali berdo'a dengan lebih khusuk, dengan kesadaran baru - tanpa banyak pertanyaan lagi.

(3.2) Kejadian 7.
Usai tawaf, kami menuju sumur zam-zam yg terletak didalam areal masjidil Haram bagian bawah. Disini saya kembali tercengang. Sebuah mata air yg hampir tak mungkin ada di daerah ini. Mekkah dapat anda lihat sebagai pegunungan batu. Masjidil Haram berada di tengah-tengah seperti lembah,sekelilingny a dapat anda temukan hanyalah bukit batu yg sangat sulit dihancurkan. Ini pula yg menyebabkan pembangunan konstruksi di kota Mekkah sangat lamban. Jangankan tumbuhan subur, kurma pun malas tumbuh disini. Ironisnya, terdapat air sumur zam-zam yg debitnya luar biasa besar yg dipompa dengan pipa-pipa sampai ke Madinah, Jeddah, Yaman, dan daerah lainnya selain untuk keperluan orang ber Hajji. Berjuta-juta orang datang setiap harinya, namun sumur ini tak pernah ada keringnya. Analisa dan rasa saya mulai jalan. Andaikan memang ada sungai bawah tanah yg mengalir dibawah Mekkah, akankah bertahan sedemikian lamanya ? Perhitungannya bukan 1400 tahun yg lalu, melainkan perhitungan dari Ibrahim. Entah berapa ribu tahun. Karena sungai bawah tanah dapat berubah alirannya hanya dalam kurun waktu puluhan tahun saja. Namun sumur zam-zam ini tak pernah kering dan senantiasa menyediakan air yg dibutuhkan Jamaah yg datang ke sini. Seolah olah ia ada memang untuk kebutuhan ibadah ini. Saat itu tak ada lagi dibenak saya teori kebetulan yg dahulu.
Pada saat Sya'i, rukun Umroh berikutnya, saya melihat manusia banyak yg berjalan, sebahagian berlari, antara dua bukit batu, Syofa' dan Marwah. Dipisahkan oleh pembatas tengah, kami mulai melintasi area Sya'i. Sesekali saya melihat wajah cantik wanita Turki dengan hidung mancung kulit putih bulu mata boros (Saat tawaf maupun Sya'i dilarang menutup cadar muka - namun ada sebahagian mazhab melakukannya) . Kecantikannya mungkin biasa bagi orang sana, namun saya mengira pasti luar biasa untuk ukuran orang Melayu. Agak lama baru saya sadar bahwa saya mulai kurang khusyuk karena melakukan "olah raga leher". Akhirnya saya bertanya kepada H Tabrani, "
Pak...koq pakai lari-lari segala sich ? ". "Begini "- jawabnya perlahan, "Dulu sewaktu Siti Khajar, isteri Nabi Ibrohim, ia berjalan sambil berlari-lari kecil mencari air antara bukit Syofa' dan bukit Marwah, sementara anaknya Ismail ditinggal sejarak tertentu dari Ka'bah. Air yg dilihatnya ternyata hanyalah fatamorgana. Sedangkan air yg sesungguhnya justru keluar didekat kaki Ismail.

Dari sini saya pun semakin yakin dan menarik kesimpulan, bahwa Ka'bah bukan dibangun oleh Muhammad, melainkan Nabi Ibrohim, pendahulu untuk Musa, Isya, dan Muhammad, yg melahirkan 3 agama besar, Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Seusai Sya'i kami pun menggunting rambut, pertanda selesainya ibadah Umroh kita.
Semoga Makbul. Sesampai di Hotel, kelelahan kami luar biasa. Kaki saya kering pecah-pecah. Saya belum pernah merasakan pegal-pegal seperti sekarang ini. Saya fikir, bagaimana dengan kaum wanita atau Ibu-ibu. Pasti lebih capek. Tapi kelihatannya sama aja tuch. Salah seorang jamaah haji wanita bercerita tentang anak temannya yg sekarang tinggal di Hotel Hilton Mekkah yg tak dapat menyelesaikan tawafnya karena mencret (penyakit yg lebih cepat dari pada jet). Kotoran alias tokai nya sedemikian banyaknya sehingga ia pun kewalahan. Wueeek...sangat menjijikkan kata jamaah yg lain menambahkan. Kepala rombongannyapun membawanya pulang kembali ke Hotel. Kami tak tahu bagaiman ia mengatasi problem mencretnya yg merembes sampai pakaian Ihrom, namun akhirnya semua tahu, bahwa ia mengenakan celana dalam pada pakaian ihromnya. Sesuatu yg dilarang dalam Umroh. Saya jadi teringat sewaktu H Tabrani membentak saya dalam masalah tsb. Pantas - dalam hati saya.

(3.3) Kejadian 8.
Tak ada yg khusus bagi saya dalam kejadian ini. Kejadian ini terjadi pada saat saya hendak mencium batu Ka'bah. Disitu terjadi antrean yg luar biasa. Didepan saya terdapat seorang wanita muda dan cantik berpakaian Turki yg hendak mencium batu Ka'bah (sisi kiri Ka'bah, bukan Hajarul Aswad). Mungkin karena pemikiran jijiknya terhadap batu yg sudah dicium oleh jutaan manusia pada hari itu, maka ia mengeluarkan tisu, mengelap, dan menggosok bagian yg hendak diciumnya. Melihat kejadian itu, Bapak mertua saya pernah menceritakan perihal yg seperti ini berkaitan dengan gelas stainless air zam-zam untuk diminum yg menempel pada setiap keran zam-zam. Seorang Dokter, kawan Bapak mertua saya pergi Haji, merasa jijik dan mengatakannya kepada Bapak mertua saya perihal gelas stainless yg sudah diminum berjuta-juta mulut orang. Ini tidak steril katanya. Dokter itu meminum juga air zam-zam dengan perasaan jijik/geli. Keesokannya, apa yg terjadi. Mulutnya bengkak sariawan sampai ke leher. Bapak mertua saya mengingatkan akan ucapannya kemarin perihal gelas tersebut. Bapak mertua mengingatkan sang Dokter untuk meminumnya sekali lagi dengan gelas tersebut tetapi dengan perasaan yg berbeda, yakni perasaan iklas. Keesokannyapun sang Dokter sembuh dari sariawan seperti sedia kala. Wanita tersebut tetap asyik membersihkan batu Ka'bah dengan tisunya, sementara antrean sudah mulai panjang dan berdesakan. Ingin sekali saya melarangnya, namun karena nggak bisa bahasa Turki, lagian nggak lucu khan kenalan didepan Ka'bah. Ketika ia hendak mencium batu Ka' ah - mungkin setelah ia merasa bersih - desakan dari kerumunan orang dibelakang tak tertahankan hingga mendorong wanita itu pada saat ia menciumnya sehingga benturan hidung mancung dan batu tak dapat terelakkan. Ia pun selesai mencium batu Ka'bah dengan hidung mimisan (berdarah). Kuwalat atau apa ini namanya ya ? Hati yg kurang bersih ? Saya jadi teringat cerita Ka'bah di surat Al-Fiil dimana tentara Abrahah yg mengendarai Gajah pada masa itu dibuat tak berdaya oleh burung-burung Ababil. Saya semakin mengerti mekanisme ghoib. Mekanisme yg tidak kasat mata. Bahkan mekanisme ini pun abstrak tak simetris.
Terjadi di kasus ini namun kadang tidak di kasus itu. Semuanya parsial-kondisional , namun saya fikir standarnya sama jika kita ukur dari perasaan hati yg dalam. Mekanisme tsb tak kan pernah dapat diukur karena sifatnya yg relatif tak pernah sama pada setiap individu. Meskipun ia bukan ada di alam fisika, namun saya yakin ia ada dan bekerja secara setimbang. Saya cenderung menyebutnya Metafisika daripada Supranatural yg lebih berbau klenik / sihir, trick sulap yg diyakini sebagai salah satu keajaiban oleh orang musyrik. Mekanisme ghoib pada alam Metafisika inipun bekerja pada kawan saya Iqbal dimana setiap harinya, sepulang kami dari sholat, ia kehilangan sandal. Bahkan sehari dapat lebih dari sekali ia kehilangan sandal. Ia mencoba berdo 'a dan bertaubat dosa apa kiranya yg telah ia buat. Namun tetap saja ia kehilangan sandal setiap harinya, hingga ia harus membawa 5 real setiap sholat guna menjaga apabila sandalnya hilang.
Tahukah anda, kejadian kecil disini - dapat menimbulkan akibat besar disana. Saya ambil contoh misalnya, hilangnya sandal Iqbal, mengakibatkan ia harus membeli sandal di toko dimuka Masjid. Penjual di toko tersebut seharusnya melayani seorang calon pembeli wanita misalnya, namun karena Iqbal membeli, maka ia tidak jadi melayani wanita itu. Wanita itu pergi lebih cepat. Dalam perjalanannya pulang, ia mengalami kecelakaan mobil (miss ditabrak mobil). Seandainya Iqbal tidak kehilangan sandal, wanita tersebut mungkin akan 10 menit lebih lama untuk jalan pulang, yg tentu saja tak mengakibatkan ia mengalami kecelakaan. Bukan disitu saja, sang suami wanita tadi (yg katakan seorang jenderal), yg seharusnya berangkat melakukan perjalanan luar negeri guna menandatangani sebuah kesepakatan perang, membatalkan rencananya, sehingga kesepakatan serangan atau perang tadi ditangguhkan. Hilangnya sandal seorang Iqbal, dapat mengakibatkan tercegahnya sebuah rencana perang atau penyerbuan. Ini contoh ekstreem yg memang hanya teori main-main, tetapi saya yakin bahwa semua ini ada mekanismenya dan jangan coba-coba untuk mengurainya, karena ia terlalu abstrak dan hanya tunduk patuh pada sang Maha Penguasa. Penguasa alam fisika dan non fisika.

(3.3) Kejadian 9.
Malam besok adalah malam terakhir saya di Mekkah, oleh karenanya saya minta kepada Tour guide untuk mengantar saya ke Goa Hira' pagi-pagi sekali.
Tak ada anggota rombongan yg mau ikut.
Tidak juga H Tabrani maupun Iqbal anaknya. " OK, nggak apa-apa, saya tetap mau berangkat sendiri", tegas saya kepada Tour guide.
Jadi biaya travel maupun biaya Tour guide saya tanggung sendirian. Kamipun merencanakannya.
Paginya seusai sholat Shubuh, saya berkemas bersiap berangkat, dengan tas ransel dan sepatu sport. Dengan menggunakan taksi, kami tiba dikaki bukit Gua Hira'. Perjalanan sampai kepuncak memakan waktu kurang lebih satu jam.
Terbayang oleh saya ketika Nabi pulang pergi setiap harinya sampai ke puncak.
Gua Hira' ternyata sangat kecil. Lebih mirip dua batu yg saling bersandar daripada sebuah Gua.
Ditemani Tour guide, saya sujud ditempat Nabi Muhammad duduk menyendiri 1422 tahun yg lalu.
Dalam sujud saya bicara dalam hati, "Ya Malaikat Jibril, kenapa koq Nabi Muhammad diberi wahyu, kenapa saya tidak ?".
"Kenapa Nabi Muhammad dapat berjumpa denganmu, kenapa saya tidak ?"
Tanpa sholat dan do'a, tanpa meratap ke gua apalagi membuang sesaji (hanya sujud dan berkata dalam hati seperti diatas saja), kami pulang menuruni bukit.
Saya pun membahas pertanyaan saya di dalam hati tadi kepada Tour guide.
Saya juga sering menyendiri di Villa, menyendiri di kaki bukit G.gede, tetapi kenapa tak pernah datang yg namanya Jibril.
Saya jadi ingat cerita-cerita para sufi yg mempelajari hakekat sehingga pergi kegunung-gunung menyendiri, lepas dari hubungan sosial, serta tak mempedulikan situasi dan kondisi diri.
Apakah tindakan Nabi Muhammad pada kala itu seperti para sufi tsb ?
Pertanyaan inipun saya simpan kembali tanpa tahu jawabannya.
Esok hari terakhir, hari dimana saya mesti melakukan tawaf wada', tawaf terakhir/ tawaf perpisahan dengan Ka'bah.
Saya tidur cepat setelah sholat Isya".
Subuh dini hari saya bangun, ketika saya hendak menggosok gigi, saya tiba-tiba tersadar, "Subhanalloh, tadi malam saya bermimpi bertemu Jibril" .

Buru-buru saya ketok kamar H Tabrani. Saya bangunkan ia, dan saya ceritakan mimpi saya. "Bagaimana ceritera mimpinya ?", H Tabrani bertanya. "Begini Pak, sesuatu berbentuk manusia dengan peci hitam datang kepada saya. Saya bertanya siapa anda ? Ia menjawab saya Jibril, kemudian ia mengajak saya untuk ikut. Saya berjalan mengikutinya, dan tiba-tiba kami tiba di sebuah Masjid. Didalam mimpi saya Jibril berkata, " ini Masjidil Aqsa". "Disini terdapat salah satu keajaiban yg anda cari".

H Tabrani pernah melawat ke Masjidil Aqsa'. H Tabrani berfikir sejenak, kemudian ia menjawab, mungkin yg dimaksud adalah "The Dome of the Rock. Sebuah batu yg berada tepat ditengah Masjid ". "Aneh memang batu itu. Ia menggantung, dan berada tepat ditengah-tengah Masjid, kami semua juga nggak ngerti kenapa begitu". Terus bagaimana tanya H Tabrani. Terus Jibril bilang begini Pak, "Tolong Masjid ini dipelihara".

H Tabrani menepak kepala "Waduh...repot ini". "Kenapa Pak?", tanya saya. "Masjid itu dikuasai Yahudi. You Nggak bisa keluar masuk seenaknya".
"You sholat dibatasi disana, Cuma 5 menit ". "Wah saya nggak bisa jelasin artinya ". "Tapi yg jelas, saya yakin you adalah orang yg disayang Allah". "Subhanalloh" .

Saya sudah berumur 63 thn, tapi saya belum pernah mimpi bertemu Jibril, tapi you...you... luar biasa". saya juga tidak mengerti sampai sekarang arti mimpi saya, dimana saya tidur diMekkah, bermimpi dibawa seseorang yg berkata sebagai Malaikat Jibril, yg kemudian membawa saya ke Masjidil Aqsa' di Palestin. Saya jadi merinding. Saya takut sendiri dengan kejadian-kejadian yg saya alami. Saya takut untuk berbuat macam-macam. Saya mengalami semua ini dalam perjalanan ke Mekkah. Kesadaran saya seperti sekarang ini amat saya syukuri, namun yg paling saya takuti, adalah deviasinya, perubahannya apabila saya tidak menjaganya. Apa yg akan terjadi nanti ditanah air. Saya harus menghadapi dunia nyata yg penuh dengan godaan. Tidak seperti waktu di Mekkah, dimana fikiran, jiwa dan raga kita bisa khusuk serta kita jaga kebersihannya.

Dari perjalanan ini, tidak semua kejadian saya ceritakan, hanya yg saya anggap penting saja, namun sebenarnya, kejadian kecil lainnya yg merujuk kepada hidayah yg tidak saya ceritakan karena terlalu panjang banyak saya alami, namun saya mempunyai beberapa kesimpulan :
1. Allah itu benar adanya yg menciptakan segala sesuatu.
2. Wahyu Allah turun pada setiap kurun waktu tertentu.
3. Wahyu Allah juga turun kepada Muhammad yg diutus sebagai Rasulnya.
4. Allah tidak punya banat/sarikat/ kompetitor.
5. Allah menurunkan Wahyunya kepada Muhammad yg kemudian dibakukan dalam bentuk kitab yg bernama Al-Qur'an.
6. Al-Qur'an adalah statemen dari Allah yg didalamnya berisikan petunjuk bagi manusia yg ingin berserah diri kepadanya.
7. Al-Qur'an bukan buatan Muhammad atau ideologi Muhammad.
8. Haji dan Umroh penting adanya dan bukan bisa-bisanya Muhammad. Biaya yg demikian mahal, sebanding bahkan melebihi hasil yg kita dapat dari perjalanannya.
9. Daging Babi, darah, Alkohol, Judi, Zinah, dan perbuatan maksiat lainnya adalah haram hukumnya.
Tak perlu dianalisa secara metode ilmiah, karena justifikasinya akan selalu ditemukan manusia guna menghalalkannya, namun demikian, coba fikirkan dengan instrument rasa/intuisi dari hati yg dalam, bermanfaatkah jika dilakukan.

10. Kita manusia adalah manusia yg paling istimewa, karena kita mempunyai 2 pilihan, berserah diri kpd kemauan Pencipta, atau berserah diri kepada kemauan kita sendiri.
11. Ada mekanisme Ghoib yg tidak kelihatan, yg memberikan balasan positif apabila kita berbuat positif, dan berbalas negatif apabila kita berbuat negatif pula.
12. Mekanisme Ghoib, berlaku pada orang-orang yg dicintai Allah, namun bagi yg sudah kelewatan, ia akan dibiarkan, karena Allah menegur dengan sapaan hirarki.
Peringatan pertama mungkin dengan mencolek, jika ia tak mau, Allah peringati ia dengan menepak, jika ia tak juga sadar Allah peringati ia dengan menempeleng keras, namun jika ditempeleng keras ia tetap dableg dengan perbuatan negatifnya, Allah akan membiarkannya, karena hanya hari akhir setelah matinya yg akan membalasnya kekal abadi di Neraka Jahanam.
13. Mekkah dan Madinah bukan tanah suci (seperti yg saya duga sebelumnya pada tulisan Muhammad punya bisa ), melainkan tanah Haram, daerah dimana diharamkan bagi siapa saja berbuat kerusakan, dan itupun hanya pada batas-batas tertentu yg sudah diberi patok/tanda.