Sabtu, 31 Mei 2008

Muwaddaa'Ya Syahru Ramadhan

(Cuplikan Do'a Imam 'Ali Zainal 'Abidin).
Ya Allah, Engkau jadikan bulan Ramadhan bulan yang istimewa, yang Engkau muliakan Dia dari semua bulan.
Engkau pilih ia dari semua zaman dan masa.
Engkau lebihkan ia dari semua waktu (lainnya) dalam setahun, dengan al-Qur'an dan cahaya yang Engkau turunkan di dalamnya, dengan keimanan yang Engkau tingkatkan di dalamnya, dengan puasa yang Engkau wajibkan di dalamnya.
Dengan bangun malam yang engkau gemarkan di dalamnya, dengan malam Qadar -- yang lebih dari seribu bulan -- yang Engkau agungkan di dalamnya. .
Maka kami berpuasa atas perintah-Mu pada waktu siangnya, kami bangun dengan bantuan-Mu pada malam harinya, mempersembahkan diri kami dengan puasa dan shalat-malamnya .. Melalui itu, kami memperoleh pahala-Mu.
Kau kaya dengan apa pun yang diinginkan dari-Mu.
Kau pemurah dengan apa yang diminta dari karunia-Mu.
Kau dekat dengan orang yang berusaha mendekati-Mu.
Tiba-tiba bulan ini meninggalkan kami pada akhir waktunya, pada batas jangkanya, pada akhir lintasannya.
Kami ingin mengucapkan selamat tinggal padanya. .
(dia) yang menyedihkan kami perpisahan dengannya, merisaukan dan mendukakan kami kepergiaannya.
Kami sampaikan salam bagimu wahai bulan Allah yang agung, wahai hari raya para kekasih-Nya.
Salam bagimu wahai waktu termulia yang menyertai kami.
Wahai bulan terbaik di antara semua hari dan saat.
Salam bagimu bulan yang di dalamnya harapan didekatkan, amal disebarkan.
Salam bagimu sahabat yang paling bernilai ketika dijumpai, dan paling menyedihkan ketika ditinggalkan.
Kawan yang ditunggu, yang menyedihkan perpisahan dengannya. .
Salam bagimu wahai jiran, yang bersamanya hati melembut dan dosa berkurang.
Salam bagimu penolong yang membantu kami menghadapi setan, dan memudahkan bagi kami jalan-jalan kebaikan.
Salam bagimu, betapa banyak orang yang terbebas (dari dosa-dosa) di dalammu.
Betapa bahagianya orang yang menjaga kesucianmu .
Salam bagimu, betapa banyak dosa yang kamu hapuskan.
Betapa banyak aib yang kamu tutupi.
Salam bagimu, betapa panjangnya hari-harimu bagi pendosa, betapa agungnya kamu bagi orang yang beriman.
Salam bagimu bulan yang tak tertandingi oleh hari-hari mana pun.
Salam bagimu bulan yang di dalamnya sejahtera segalanya.
Salam bagimu duhai yang pershabatannya tidak dibenci.
Duhai yang pergaulan dengannya tidak tercela.
(Kami panjatkan) salam (kesjahteraan) bagimu sebagaimana kau datang kepada kami membawa berkah.
Dan kau bersihkan kami dari noda-noda cela.
Salam bagimu wahai yang tidak ditinggalkan karena (kami) kesal (padamu), tidak pula puasamu ditinggalkan (karena kami bosan).
Salam bagimu duhai yang dicari sebelum waktunya, yang ditangisi sebelum kepergiannya.
Salam bagimu, betapa banyak kejelekan yang dipalingkan karenamu.
Betapa banyaknya kebaikan dilimpahkan kepada kami karenamu.
Salam bagimu dan bagi malam Qadar yang lebih baik dari malam seribu bulan.
Salam bagimu, betapa senangnya kami kepadamu kemarin, betapa rindunya kami kepadamu besok.
Salam bagimu dan bagi keutamaannya yang sekarang ditepiskan dari kami, dan bagi keberkahan yang sekarang ditanggalkan dari kami. .
Ya Allah, bagimu segala pujian, di tengah pengakuan akan keburukan (kami).
Dan kesadaran akan kelalaian (kami).
Bagimu, dari lubuk hati kami yang paling dalam, dari lidah kami, permohonan maaf yang paling tulus.
Berilah kami, dengan segala kekurangan yang menimpa kami di bulan ini, pahala yang menyampaikan kami kepada kemuliaan yang diharapkan, dan berbagai macam kebahagiaan yang dirindukan.
Pastikan bagi kami ampunan-Mu, dalam kekurangan kami dalam memenuhi hak-Mu di bulan ini.
Sampaikan dengan sisa umur kami, kepada bulan Ramadhan yang akan datang.
Taqabbal, Yaa Kariim .

Rabu, 07 Mei 2008

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah SWT yang bersedekah?

Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar.
Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam.
Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.
Kemudian mereka bertanya?
"Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi"
(Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?"
Kembali bertanya para malaikat.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin.
Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.
"Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas.
Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya.
Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan.
Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan. Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat.
Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas?
Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah.
Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya.
Seluruh penumpang mengalami luka berat.
Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah.
Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah.
Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah SWT untuk selamat tidak kurang suatu apa?
Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.
Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah.
Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya.
Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya, pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita.
Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa.
Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya.
Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah.
Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah.
Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261)
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah.
Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya, " ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham.
Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut?
Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.
Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati.
Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka.
Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na'im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah.
Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah?
Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki;
sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat.
Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini

HADITS IBNU HUSAIN

Demi kemuliaan dan kebesaranKU
Dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukanKU di atas Arsy.
Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain AKU,
dengan kekecewaan.
Akan AKU pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia.
AKU singkirkan ia dari dekatKU, lalu KU putuskan hubunganKU dengannya.

Mengapa ia berharap kepada selain AKU ketika dirinya sedang berada dalam kesulitan.
Padahal kesulitan itu berada ditanganKU dan hanya AKU yang dapat menyingkirkannya?
Mengapa ia berharap kepada selain AKU dengan mengetuk pintu-pintu lain,
padahal pintu-pintu itu tertutup?
Padahal hanya pintuKU yang terbuka bagi siapapun yang berdoa,
memohon pertolongan dariKU

Siapakah yang pernah mengharapkan AKU untuk menghalau kesulitannya,
lalu AKU kecewakan?
Siapakah yang pernah mengharapkan AKU karena dosa-dosanya yang besar,
lalu AKU putuskan harapannya?
Siapakah pula yang pernah mengetuk pintuKU lalu tidak AKU bukakan?
AKU telah menyediakan semua harapan hamba-hambaKU,
tetapi mengapa mereka tidak puas dengan perlindunganKU

dan AKU telah memenuhi langitKU dengan para malaikat,
yang tiada pernah jemu bertasbih padaKU,
lalu AKU perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu,
antara AKU dan hamba-hambaKU
Akan tetapi, mengapa mereka tidak percaya kepada firman-firmanKU
Tidakkah mereka mereka mengetahui bahwa siapapun yang ditimpa oleh bencana
yang AKU turunkan, tiada yang dapat menyingkirkannya kecuali AKU?
Akan tetapi, mengapa melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya itu selalu berpaling dariKU?
Mengapa ia sampai tertipu oleh selain AKU?

AKU telah memberikan kepadanya dengan segala kemurahanKU,
apa-apa yang tidak sampai harus ia minta.
Ketika semua itu AKU cabut kembali darinya, lalu mengapa ia tidak lagi memintanya kepadaKU untuk segera mengembalikannya.
Tetapi malah meminta pertolongan kepada selain AKU?
Apakah AKU yang memberi sebelum diminta,
lalu ketika dimintai tidak AKU berikan?
Apakah AKU ini bakhil, sehingga dianggap bakhil oleh hambaKU?
Tidakkah dunia dan akhirat itu semuanya milikKU?
Tidakkah semua rahmat dan karunia itu berada di tanganKU?
Tidakkah dermawan dan kemurahan itu adalah sifatKU?
Tidakkah hanya AKU tempat bermuaranya semua harapan?
Dengan demikian, siapakah yang dapat memutuskannya daripadaKU?

Apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang berharap,
andaikan AKU berkata kepada semua penduduk langit dan bumi,
“Mintalah kepadaKU”
AKU pun lalu memberikan kepada masing-masing orang,
pikiran apa yang terpikir pada semuanya.

Dan semua yang AKU berikan itu tidak akan mengurangi kekayaanKU, meskipun sebesar debu.
Bagaimana mungkin kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedangkan AKU mengawasinya?
Sungguh alangkah celakanya orang yang terputus dari rahmatKU.
Alangkah kecewanya orang yang berlaku maksiat kepadaKU dan tidak memperhatikan AKU serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang haram seraya tiada malu kepadaKU.

Kisah orang bijak mengenai melampaui diri sendiri

Suatu malam, seorang laki-laki datang ke rumahnya dan berkata, ''Ada sebuah keluarga dengan delapan anak yang sudah berhari-hari tidak makan.''
Mendengar hal itu bergegaslah orang bijak itu pergi membawa makanan untuk mereka.
Ketika tiba di sana ia melihat wajah anak-anak itu begitu menderita karena kelaparan.
Tak ada kesedihan ataupun kepedihan di wajah mereka, hanya derita yang dalam karena menahan lapar.
Orang bijak itu memberikan nasi yang dibawanya pada sang ibu.
Ibu itu lantas membagi nasi itu menjadi dua bagian, lalu ke luar membawa setengahnya.
Ketika ia kembali, orang bijak itu bertanya, ''Kau pergi kemana?''
Ibu itu menjawab, ''Ke tetangga-tetanggaku . Mereka juga lapar.
''Orang bijak itu tercengang. Ia tidak heran kalau si ibu membagi nasi itu dengan tetangga-tetangganya, sebab ia tahu orang miskin biasanya pemurah.
Yang ia herankan adalah karena si ibu tahu bahwa mereka lapar.
Biasanya kalau kita sedang menderita, kita begitu terfokus pada diri sendiri, sehingga tak punya waktu untuk memikirkan orang lain.
Si ibu dalam cerita di atas adalah contoh orang yang telah dapat melampaui dirinya sendiri.
Ia dapat melepaskan keterikatannya pada kebutuhan fisik dan secara bersamaan memenuhi kebutuhan spiritualnya yaitu untuk berbagi dengan orang lain.
Kualitas semacam ini tentu tak dapat diraih dalam waktu singkat.
Ini memerlukan proses pergulatan batin yang cukup panjang.
Kehidupan manusia memang senantiasa menjadi tempat pergulatan dua kepentingan utama: fisik dan spiritual.
Kepentingan fisik adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk bisa hidup di masa sekarang, seperti sandang, pangan dan papan. Ini kebutuhan jangka pendek kita.
Sementara, kepentingan spiritual adalah hal-hal yang kita butuhkan untuk hidup di masa sekarang dan masa yang akan datang. Ini adalah kebutuhan jangka pendek sekaligus jangka panjang.
Pemenuhan kedua macam kebutuhan ini akan menghasilkan kualitas hidup yang tinggi.
Sayang, banyak orang yang tak menyadari hal ini. Mereka menghabiskan hidup mereka hanya untuk mengumpulkan harta benda.
Untuk itu mereka juga tak segan-segan menggunakan cara yang buruk: menciptakan kebijakan yang menguntungkan diri sendiri, menguras uang rakyat, mencuri uang perusahaan, maupun menciptakan konspirasi yang merugikan orang banyak.
Kalau kita renungkan secara mendalam, semua kejahatan yang ada di dunia ini berasal dari satu kata: keserakahan.
Dan, akar keserakahan adalah pada cara kita memandang hidup ini.
Selama kita melihat diri kita semata-mata makhluk fisik belaka, selama itu pula kita tak dapat membendung keinginan kita untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Betapa banyaknya dalam kehidupan sehari-hari kita melihat orang yang berpenghasilan biasa-biasa saja, tetapi memiliki harta yang luar biasa banyaknya.
Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan untuk merasionalkan hal itu.
Pertama, semua orang yang mendapat kesempatan pasti akan melakukannya.
Kedua, penghasilan yang saya dapatkan terlalu kecil dan tidak seimbang dengan pengorbanan yang saya berikan.
Ketiga, toh kekayaan yang saya dapatkan tidak saya nikmati sendiri tetapi saya gunakan untuk membantu anak yatim, membiayai orang tua dan saudara yang sedang sakit, membangun sekolah, dan sebagainya.
Dengan berbagai alasan tersebut kita mendapatkan ''ketenangan sementara'' karena seolah-olah perbuatan yang kita lakukan telah berubah menjadi legal, rasional atau paling tidak dapat dimaklumi.
Namun, ketenangan semacam ini tidaklah langgeng. Pasti ada sesuatu dalam diri kita yang kembali mengusik kita, membuat kita resah dan gelisah.
Perhatikanlah orang-orang yang hidup dengan cara ini.
Mereka sangat rentan terhadap perubahan yang sekecil apapun. Mereka sangat jauh dari ketentraman yang sejati.
Betapapun banyaknya harta yang mereka kumpulkan tak akan pernah melahirkan perasaan cukup dan puas.
Sebuah pepatah mengatakan, ''The world is enough for everybody, but not enough for one greedy.''
Apa yang disediakan oleh dunia ini sebetulnya cukup untuk semua orang, tetapi tidak akan cukup untuk seorang yang rakus.
Sebuah perubahan dramatis akan terjadi begitu kita sadar bahwa kita bukanlah makhluk fisik tetapi makhluk spiritual.
Kita menjadi makhluk spiritual untuk selama-lamanya.
Sebelum muncul ke dunia, kita adalah makhluk spiritual, ketika hidup sekarang kita juga makhluk spiritual, dan ketika kita meninggal kita tetap menjadi makhluk spiritual.
Kita hanya menjadi makhluk fisik di dunia ini saja.
Salah satu cara paling efektif untuk menyadari hal itu adalah dengan berpuasa.
Dengan puasa kita akan sadar bahwa kebutuhan (ini berbeda dengan keinginan) kita sebetulnya sangatlah sedikit.
Berpuasa juga akan menyadarkan kita bahwa dengan mengurangi kenikmatan fisik kita akan mendapatkan kenikmatan spiritual yang luar biasa.
Dengan berpuasa kita keluar melampaui ''diri rendah'' kita menuju Diri kita yang lebih tinggi.
Dengan puasa kita lepaskan keterikatan kita pada gravitasi bumi.
Kita bergerak melesat mengikuti gravitasi langit.

Nasehat ke 2 dari imam Ali bin Abu Thalib

Wahai anakku!
Jadikanlah dirimu neraca adil dalam hubunganmu dengan orang-orang di sekitarmu.
Senangilah bagi orang lain apa yang kau senangi bagi dirimu sendiri, dan bencilah untuknya apa yang kaubenci untuk dirimu.
Jangan bertindak zalim seperti halnya kau tidak ingin orang lain berbuat zalim atas dirimu, dan lakukanlah kebajikan sebagaimana kau ingin orang lain melakukannya untukmu.
Jangan sekali-kali membenarkan dirimu berbuat sesuatu yang takkan kau benarkan jika hal itu dilakukan oleh orang lain, dan relakanlah selalu hatimu menerima sesuatu yang kau relakan bagi orang lain.
Jangan mengatakan sesuatu yang tidak kauketahui, meski yang kau ketahui hanya sedikit sekali, dan jangan mengucapkan sesuatu yang kau tidak ingin orang lain mengucapkannya kepadamu.
Ketahuilah bahwa kebanggaan terhadap dirimu sendiri adalah musuh kebenaran dan juga penyakit paling parah bagi akal seseorang.
Berusahalah sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhanmu sehari-hari, tapi jangan menjadikan dirimu "juru-simpan" bagi orang lain.
Dan bila mencapai keberhasilan dalam usahamu, jadilah manusia paling khusyu` dan tawadhu` di hadapan Tuhanmu.
Ketahuilah bahwa di depanmu terbentang jalan amat panjang dan banyak sekali rintangannya. Untuk melintasinya dibutuhkan kepandaian dan kebijakan yang tidak sedikit.
Karena itu, bawalah bekal secukupnya saja dan jangan memberati dirimu sendiri.
Jangan memikulkan di atas pundakmu beban yang melampaui kemampuanmu, agar ia tidak mendatangkan bencana bagimu.
Dan bila kau jumpai seseorang yang dilanda kebutuhan --yang mau menerima pemberianmu, dan dengan begitu ia bersedia memikul bekalmu sampai Hari Kiamat, agar kelak menyerahkannya kembali kepadamu saat kau sangat membutuhkannya --maka pergunakan kesempatan itu baik-baik.
Pikulkan kepadanya sebanyak-banyaknya selama kau masih mampu melakukannya.
Mungkin saja pada suatu hari kau akan mencari orang itu, namun belum tentu berhasil menjumpainya lagi.
Gunakan kesempatan adanya orang yang berutang kepadamu di kala kau tidak terlalu memerlukannya, agar ia membayarnya kembali di saat kau sangat membutuhkannya kelak.
Tinggalkan ucapan-ucapan tentang sesuatu yang tidak kau ketahui dan jangan berbincang tentang hal-hal yang tidak ditugaskan atas dirimu.
Dan berhentilah bila kau khawatir akan tersesat dalam perjalananmu.
Ketahuilah bahwa berhenti pada saat timbulnya kebimbangan, jauh lebih menguntungkan daripada terus mengarungi gelombang-gelombang bencana (kebimbangan) yang dahsyat.
Perintahkan perbuatan ma'rûf, dengan demikian kau akan termasuk dalam kalangan ahlinya.
Tolaklah kemungkaran dengan tindakan dan ucapanmu dan jauhilah-dengan segala kemampuan tenagamu-siapa saja yang mengerjakannya.
Berjihadlah di jalan Allah dengan setulus-tulus jihad dan jangan merasa gentar menghadapi celaan siapa saja yang mencelamu karena itu.
Ceburkan dirimu dalam kancah kesulitan, bagaimanapun besarnya, dalam mencari kebenaran di mana pun ia berada.
Usahakan agar kau terus-menerus memperdalam pengetahuanmu tentang Agamamu.
Biasakan dirimu agar selalu sabar dan tabah menghadapi segala bencana dan musibah.
Sungguh, alangkah mulianya kesabaran dalam kebenaran!
Lindungkan dirimu di bawah naungan Tuhanmu dalam segala urusan.
Dengan itu kau telah memilihkan baginya tempat perlindungan yang paling kukuh, kuat lagi perkasa.
Tuluskan hatimu di kala meminta sesuatu dari Tuhanmu, sebab di tangan-Nyalah segala pemberian dan penolakan.
Perbanyaklah istikhârah dan camkan baik-baik segala pesanku untukmu.
Jangan sekali-kali mencampakkannya di sampingmu.
Ingatlah bahwa sebaik-baik ucapan adalah yang mendatangkan manfaat bagimu.
Ketahuilah bahwa tiada gunanya ilmu yang tak dapat dimanfaatkan.
Dan tiada manfaat dapat diperoleh dari ilmu yang tak dibenarkan mempelajarinya.

Nasehat ke1 dari imam Ali bin Abu Thalib untuk anaknya Hasan & Husein

Wahai anakku!
Kupesankan agar kau selalu bertakwa kepada Allah dan tetap mengikuti semua perintah-Nya; mengisi kalbumu dengan ingat selalu kepada-Nya, dan berpegang erat-erat dengan "tali" agama-Nya.
Sungguh, hubungan apakah gerangan yang lebih kukuh daripada hubunganmu dengan-Nya selama kau berpegang teguh pada padanya.?!
Hidupkan kalbumu dengan ketulusan sempurna.
Matikan ia dengan zuhud dan keyakinan yang kuat.
Terangi ia dengan hikmah.
Rendahkan ia dengan mengingat maut selalu.
Mantapkan ia agar menyadari kefanaan yang akan menimpanya.
Bukalah mata-hatimu agar melihat bencana-bencana yang memenuhi dunia ini.
Ingatkan ia kepada kebuasan terkaman-terkaman zaman dan kengerian perubahan-perubahan yang terjadi di waktu siang dan malamnya.
Tunjukilah ia peristiwa-peristiwa orang dahulu.
Ingatkan ia akan segala yang menimpa orang-orang sebelummu.
Berjalanlah di antara puing-puing rumah-rumah mereka dan reruntuhannya.
Perhatikan apa saja yang telah mereka perbuat dan apa saja yang mereka tinggalkan!
Di mana mereka kini menetap dan berdiam?!
'Kan kaudapati mereka telah berpindah dari lingkungan orang-orang yang mereka cintai dan kini berdiam dalam lingkungan asing sama sekali.
Dan.seakan-akan engkau pun-tidak lama lagi-sudah akan menjadi seperti mereka.
Maka perbaiki dirimu dan jangan menjual akhiratmu dengan duniamu.